SAGA

Membangun Ulang Benteng Tsunami

"Wahyono mengenang bagaimana indahnya keelokan pantai di sana sebelum keserakahan manusia merusaknya."

Gungun Gunawan

Membangun Ulang Benteng Tsunami
Wahyono, Cilacap, Segara Anakan, Hutan Bakau, Tsunami

KBR68H - Warga Kampung Laut, di Cilacap Jawa Tengah kini mulai memetik hasil kerja keras mereka menghijaukan areal perairan laguna Segara Anakan dengan hutan bakau. Selain  memberi nilai tambah ekonomi warga, hutan bakau  memberi  manfaat lain menjadi benteng alam pencegah tsunami. Adalah Wahyono, warga setempat yang memberi teladan dan motivasi kepada warga lainnya untuk memperbaiki hutan bakau yang habis ditebang akibat pembalakan. KBR68H pergi ke Segara Anakan melihat hasil kerja Wahyono dan warga Kampung Laut.

Cuaca panas dan terik mentari hari itu tidak menyurutkan kerja Wahyono. Lelaki paruh baya itu masih terlihat gesit mencangkul tanah. Dia dan beberapa rekannya bermaksud menanam bakau.  Kulit legam khas masyarakat pantai dan bau matahari bercampur lumpur kering tercium.

Sebagai masyarakat asli dari kampung laut, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah sejatinya Wahyono bekerja sebagai nelayan. Namun, sudah sepuluh tahun dia beralih  pekerjaan menjadi petambak dan petani musiman.  Hal tersebut dilakukan karena hasil tangkapan ikan terus berkurang akibat penyempitan wilayah laguna di perairan Segara Anakan. Laguna adalah perairan yang terpisah dari laut yang terhalang pasir, batu karang atau hutan bakau.

Tidak hanya itu, bila musim hujan datang, luapan air laut menjadi ancaman tersendiri. Pendangkalan di perairan itu sudah tersiar sejak lama. Pembalakan kayu bakau  dan perusakan wilayah hulu Sungai Citanduy, dituding jadi penyebab. “Para penebang itu berasal dari pinggiran kota . Saya juga tidak munafik kalau dari masyarakat Kampung Laut juga masih ada yang masih menebang. Tapi selalu saya ingatkan mereka. Kalau ditebangin semua nanti bagaimana? Kesulitannya itu menjaga tapi sekarang tidak sulit banget karena sudah saling menjaga masyarakat di sini,” jelas Wahyono.

Senada dengan Wahyono, Kepala Dinas Kelautan dan Pengelolaan SDA Segara Anakan Cilacap, Moch Harnanto mengungkapkan dampak buruk dari pendangkalan.“Saya pikir sudah ya, yang jelas produksi ikan menurun tidak hanya di Cilacap, tapi di Kebumen juga terpengaruh. Dari segi transportasi juga. Dulu ada kapal feri yang menghubungkan Cilacap dengan Ciamis sekarang sudah tidak ada.”

Wahyono mengenang bagaimana indahnya keelokan pantai di sana  sebelum  keserakahan manusia merusaknya. “Saya sendiri kalau bisa dikembalikan ya mending kayak dulu aja. Karena bisa melihat Ujung Gagak dari sini, bisa lihat Parnikel dari sini tengahnya air apalagi kalau malam dengan gemerlapnya lampu walau Cuma pakai lampu teplok. Kalau sekarang tidak karena sudah dangkal juga ada hutan. Mending hutannya bagus ini kan cuma arkantus.”

Kerusakan hutan bakau berdampak kepada  berkurangnya jumlah ikan dan ancaman sedimentasi


  • Wahyono
  • Cilacap
  • Segara Anakan
  • Hutan Bakau
  • Tsunami

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!