SAGA

Kantung-kantung Gerakan Mahasiswa

"Mereka dipaksa mengakui perbuatan yang sama sekali tidak pernah terbersit untuk melakukannya. Aktivis PRD dibungkam, karena dianggap membahayakan rezim Orde Baru."

Nanda Hidayat

Kantung-kantung Gerakan Mahasiswa
Gerakan Mahasiswa, Adian Napitupulu, Jakarta, Forkot, PRD

KBR68H - Tumbangnya simbol kekuasaan Orde Baru, Presiden Soeharto lima belas tahun silam tak lepas dari peran mahasiswa. Tak hanya berpusat di Jakarta, desakan reformasi yang disuarakan gerakan mahasiswa saat itu menyebar di berbagai kota tanah air. Korupsi  yang makin merajalela serta melonjaknya harga kebutuhan pokok beberapa faktor pemicu bangkitnya gerakan mahasiswa. Sejumlah organisasi ekstra kampus pun lahir menghimpun kekuatan melawan rezim yang zalim. Sebut saja di Jakarta muncul Forum Kota (Forkot) sampai Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta (FKSMJ).

27 Juli 1996. Belasan orang tewas dan puluhan terluka, saat kantor DPP Partai Demokrasi Indonesi (PDI) pimpinan Megawati Soekanoputeri diserang massa PDI hasil kongres Medan, Sumatera Utara yang dipimpin Surjadi. Markas PDI di jalan Diponegoro Jakarta tersebut  dibakar pelaku yang sebagaian berbadan tegap, berambut cepak , dan menggunakan ikat kepala berwarna merah.

Sehari kemudian, hampir semua media cetak dan elektronik menurunkan berita soal dalang pelaku penyerangan versi TNI dan Polisi. Partai Rakyat Demokratik PRD pimpinan Budiman Sujatmiko dituding sebagai kelompok  yang menyerang kantor DPP PDI kala itu. Saat itu, Panglima TNI Wiranto  masih menjadi pemegang kendali tertinggi Dwi Fungsi ABRI. 

Sekitar pukul dua dini hari sejumlah aktivis PRD diciduk, termasuk Victor Dacosta. “Setelah kasus 27 Juli nama kami keluar semua di media termasuk Budiman, dan kami disebut sebagai dalang penyerbuan kantor PDI. Diambil malam jam dua pagi sama BAIS atau Badan Intelejen ABRI dan mereka pakaian sipil dan bawa senjata AK 47 laras panjang, kita dipukul jatuh dan kemudian dibawa (aparat),”kenangnya.

Mereka dipaksa mengakui perbuatan yang sama sekali tidak pernah terbersit untuk melakukannya. Aktivis PRD dibungkam, karena dianggap membahayaakan rezim Orde Baru. “Kami disuruh ngaku dan katanya organisasi kami terlarang dan kalau ngaku nanti hukuman kamu lebih ringan dan banyak diming-imingi waktu itu. Kita dianggap biang kerusuhan 27 Juli padahal itu konflik antara kelompok Suryadi dan Megawati dan kita hanya partai pendukung Megawati sebagai partai yang sah,” jelas Victor.

Badan Intelejen Negara (BIN) sebelumnya sudah memata-matai segala tindak tanduk aktivis organisasi kampus di bawah bendera  Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokratik (SMID). Apalagi setelah organisasi mahasiswa ini mendeklarasikan diri sebagai Partai Rakyat Demokrtik (PRD) yang terang-terang mendukung Megawati sebagai Presiden.

“Setiap kampus dimasuki oleh PRD, tapi waktu itu namanaya SMID Solodaritas Mahasiswa Untuk Demokratik.  Disemua kampus Jakarta pasti ada dan daerah-daerah walaupun ada penangkapan terhadap aktivis atapi teman-teman yang diluar tetap melakukan gerakan,” terangnya.

Pasca peristiwa 27 Juli 1996 gerakan mahasiswa tak lantas surut.


  • Gerakan Mahasiswa
  • Adian Napitupulu
  • Jakarta
  • Forkot
  • PRD

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!