SAGA
Kantung-kantung Gerakan Mahasiswa (4)
Ditawari Suap
Semangat mahasiswa untuk menurunkan Soeharto tak lantas kendur. Bahkan, aktivis 80-an turut berperan di belakang layar membantu perjuangan mereka. Muhammad Ichwan salah seorang pegawai negeri sipil yang kerap mendampingi aksi mahasiswa jelang jatuhnya kekuasaan Orde Baru.”Waktu itu semua mahasiswa harus memilih, apakah mau menjadi pelaku sejarah atau sampah sejarah. Semuanya bisa terlibat dari mahasiswa yang biasa-biasa saja, sampai preman kampus dan mahasiswa hedonis yang suka hura-hura saja saat itu tidak ada pilihan lain karena secara emosi akan terekrut,” jelasnya.
Kata Ichwan, jelang Soeharto mengundurkan diri situasi dan dinamika politik saat itu berubah-ubah. Karena itu, mahasiswa terus melihat perkembangan politik, terutama dukungan dan sikap para tokoh nasional saat itu. “Karena perubahannya waktu itu day to day dan cukup cepat, ketika kita harus masuk ke gedung DPR itu sangat cepat, terutama bagaiamana reaksi tokoh-tokoh nasional itu terusa dibahas dalam pertemauan itu,” tambahnya.
Pada 21 Mei 1998 Presiden Soeharto akhirnya mundur dari kekuasaan yang dibangunnya selama 30 tahun lebih. Mundurnya penguasa Orde Baru tersebut semakin menguat pasca Tragedi Trisakti 12 Mei dan kerusuhan yang melanda sejumlah kota besar di Indonesia 13-15 Mei 1998.
Kekuasaan kemudian beralih ke BJ Habibie hingga waktu transisi menuju Pemilihan Umum 1999. Meski rezim penguasa berganti, upaya menggerogoti gerakan mahasiswa lewat berbagai cara terang bekas aktivis mahasiswa 1998, Adian Napitupulu terus berlangsung.
“Tawaran uang itu sempat datang pada 2001 dari Keluarga Cendana, agar kita tidak menyerang Cendana (Soeharto-red) dan waktu itu selalu bentrok terus. Soeharto waktu itu sudah wakit-sakitan dan mahasiswa diminta agar tidak lagi ke Cendana. Kita ditawarkan uang dan angkanya kita tidak tahu dan mereka sebut "karung" dan kita tolak karena persoalan selesai bukan dengan uang tapi harus dengan hukum dan pertanggungjawaban politik,”akunya. ***
Editor: Taufik Wijaya
- Gerakan Mahasiswa
- Adian Napitupulu
- Jakarta
- Forkot
- PRD
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!