SAGA

Kantung-kantung Gerakan Mahasiswa (2)

Kantung-kantung Gerakan Mahasiswa (2)

Forum Kota

Maret 1997, aktivis mahasiswa korban kekerasan TNI-Polri dan Korban 27 Juli menggelar pertemuan di kampus Institut Sains dan Tekhnologi Nasional ISTN. Mereka sepakat membentuk organisasi mahasiswa Forum Kota. Organisasi ini membawahi 50-an perguruan tinggi di Jabodetabek, dengan menggunakan simpul nama Keluarga Mahasiswa.

Salah seorang pendiri Forum Kota Adian Napitupulu mengatakan, Forkot menjadi salah satu kekuatan besar mahasiswa saat itu untuk menjatuhkan rezim Suharto. “Kalau Forkot dulu itu awal berdirinya digagas bekas aktivis mahasiswa 27 Juli. Setelah mereka lari ke berbagai tempat sekitar sepuluh bulan, akhirnya kita kumpulagi dan harus ada yang dilakukan dan kita kumpul di ISTN di tengah keraguan kita kumpul 6-7 kampus waktu itu awalnya,” jelasnya.

Aksi Forkot di lapangan kerap diwarnai bentrok dengan aparat keamanan. Sementara beberapa organisasi mahasiswa lain, seperti Komite Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia KAMMI atau Badan Eksekutif Mahasiswa BEM se-Jakarta Bogor Depok Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) lebih mengedepankan dialog. Menurut Adian, karakter organ mahasiswa yang berbeda-beda ini  ikut mewarnai perjalanan sejarah gerakan mahasiswa di Indonesia.

“Kemudian kita coba buat LBH Nusantara Jakarta, kemudian bubar karena direkturnya waktu itu Desmon (Desmon J Mahesa-red) ditangkap dan kita kumpul lagi untuk dirikan Forkot. Kita yang tergabung itu korban represifitas negara jadi mempengaruhi cara berpikir dan bertindak di lapangan. Berbeda dengan teman-teman yang baru menjadi aktivis waktu itu sehingga pilihanya radikal karena kalau kita diserang akan habis dan 56 kampus Jabodetabek dengan KM Keluarga Mahasiswa,” ungkapnya.

Gerakan kampus untuk menurunkan Presiden Suharto juga dilakukan oleh kalangan intelektual kampus. Badan Eksekutif Mahasiswa  IAIN Jakarta dan  Pesantren Wawasan Nasional PWN mengundang BEM se-Indonesia untuk mengkritisi kondisi ekonomi negara pada awal 1997.

Ketua Pelaksana Harian BEM se-Indonesia   Ray Rangkuti mengatakan, pertemuan itu menghasilkan Rancangan Undang-Undang AntiMonopoli versi mahasiswa. Tujuannya, menghentikan monopoli aset negara dan ekonomi oleh keluarga Suharto dan kroninya.

“Ada dua persoalan di situ, dimana sistem ekonominya dari hilir sampai hulu dikuasai oleh satu perusahaan, dimana perusahannya itu mengacu kepada kelompok yang dekat dengan Orde Baru.  Sehingga tidak menimbulkan persaingan sehat dimasyarakat dan inovasi dan daya saing, karena harganya dibuat oleh perusahaan yang monopoli,” kata Ray.

Pertemuan ini sekaligus menjadi momentum penting perajalanan BEM Indonesia. Pasalnya, sejak era 90-an, baru kali ini BEM bersuara kritis terhadap persoalan kenegaraan. “Sepanjang saya tahu sejak BEM, itu sejak tahun 90-an ke atas ini pertemuan pertama BEM di luar pertemauan resmi mereka karena mereka biasanya ada rutinitas tahunan dan di sana mereka diskusi. Kita bangga karena mereka berani memberikan stempel 62 BEM di surat pengantar RUU anti monopoli yang jelas menolak Suharto dan kroninya.”

Tapi RUU Anti Monopoli yang disodorkan mahasiswa itu jelas Ray Rangkuti tak digubris DPR. Di tengah menguatnya gerakan mahasiswa di berbagai kampus, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk melemahkan kekuatan mahasiswa sebagai agen perubahan sosial. Salah satunya lewat cara penyusupan.

Berbagai upaya dilakukan untuk melemahkan gerakan mahasiswa.

  • Gerakan Mahasiswa
  • Adian Napitupulu
  • Jakarta
  • Forkot
  • PRD

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!