SAGA

Goresan Tinta Korban 'Bullying'

"Belum ada arti bullying dalam terminologi Bahasa Indonesia. Secara umum definisinya adalah segala tindakan yang berdampak pada korban berupa rasa terintimidasi, takut, dan tertekan. Pelaku biasanya merasa memiliki kekuasaan atau kekuatan tertentu."

Rony Rahmatha

Goresan Tinta Korban 'Bullying'
Depok, bullying, anak, Azzam, Carringteen Community

KBR68H - Punya pengalaman pahit tentu tidak enak diingat. Tapi tidak demikian dengan puluhan anak-anak yang tergabung dalam CaringTeen Community. Mereka justru terpanggil menuliskan semua pengalamannya saat menjadi korban bullying.Goresan pena itu rencananya akan diterbitkan menjadi sebuah buku.Sejumlah anak korban intimidasi  menuturkan kisahnya kepada KBR68H.

“Dikata-katai verbal, dikata-katai lemah, kaya cewek, kaya banci. Bahkan disamai sama dengan anak autis. Lalu juga pernah di-bully fisik, pernah dibanting dari meja..”.

“Waktu itu mengikuti kegiatan sekolah ke luar kota. Pernah dipaksain untuk minum air garam. Itu harus dihabiskan satu gelas. Kalau tidak dihabiskan dipaksa lari muterin lapangan tanpa diberi minum. Lalu dimarah-marahin seperti itu..”.

Itu tadi pengakuan Azzam dan Ariesya. Anak yang pernah jadi korban bullying. Belum ada arti bullying dalam terminologi Bahasa Indonesia. Secara umum definisinya adalah segala tindakan yang berdampak pada korban berupa rasa terintimidasi, takut, dan tertekan.  Pelaku biasanya merasa memiliki kekuasaan atau kekuatan tertentu.

Menurut Azzam, ia tidak tahu persis mengapa menjadi korban bullying. Bocah 15 tahun ini memperkirakan salah satu sebabnya karena rekan sekelasnya iri hati dengan prestasi akademiknya. Maklum saja ia terpilih  sebagai salah satu murid yang mengikuti program akselarasi di sekolahnya bilangan Jakarta Selatan. “Saya rasa teman-teman saya itu iri dengan saya. Karena saya akselarasi, harusnya saya SD kelas 6, tapi saya sudah kelas 1 SMP. Jadi mereka banyak mem-bully saya, seperti pernah digiring-giring di kelas, direndahkan seperti hewan peliharaan,” katanya.

Matanya berkaca-kaca saat menceritakan pengalaman pahit yang dirasakan.  Tak hanya teman sekolah, menurutnya guru sampai kepala sekolah pun ikut mem-bully. “Kepala sekolah juga. Saya kan pernah mengadu pada kepala sekolah,orang tua saya juga pernah mengadu mengenai masalah ini. Kepala sekolahnya bilang, Bu, kalau anak ibu tidak mau sekolah terpaksa diseret saja dari sekolah. Terus dia juga suka membanding-bandingkan saya dengan anak-anak yang lain. Anak lain dipuji, saya tidak. Mereka membiarkan bully ini berlarut-larut dan tidak pernah berbuat yang efektif mengatasinya,” kata Azzam. 

Setelah orangtuanya tahu sang anak jadi korban bullying di sekolah,  Azzam akhirnya mengikuti homeshooling atau sekolah di rumah.

Tak bisa dipungkiri sekolah adalah satu tempat terjadinya praktik ‘bullying’

  • Depok
  • bullying
  • anak
  • Azzam
  • Carringteen Community

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!