SAGA

Catatan Sejarah Sang Demonstran (2)

"Keterangan dari Pusat Krisis Universitas Trisakti menyebutkan empat mahasiswa tewas dalam tragedi 12 Mei. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hafidhin Royan, dan Hendriawan Sie"

Nur Azizah

Catatan Sejarah Sang Demonstran (2)
Rizky Rahmawati Pasaribu, Trisakti, Tragedi Mei, Reformasi, Jakarta

Diancam Dibunuh

Seorang laki laki lantas menuntun Kiky untuk ke luar dari ruangan itu dan mengajaknya duduk di bangku panjang. Saat itulah seorang perempuan menghampirinya.“Sini mbak, dia bilang gitu kan. Iya. Aku duduk aja sudah kan begitu. Pakai sepatunya. Iya. Masih lemes itu kan aku. Terus diambilkan minuman air hangat sama tisu atau kapas. Mbak ini bersihkan dulu lukanya, ayo sini. Aku bilang, aku enggak papa, bu. Saya bilang gitu. Saya lihat enggak ada apa apa. Cuma saya lihat di baju saya banyak darah. Karena kebetulan bajunya kan kuning, kalau yang di jaket aku malah enggak ngeh kalau banyak darah,” kata Kiky mengenang.

Darah itu diduga berasal dari kepala bagian belakang sebelah kiri yang terluka.“Aku bilang, saya enggak papa. Trus dia bilang, enggak kamu itu luka. Trus tangan saya diambil dan ditaruh di sini. Ternyata ini rambut semua sudah lengket. Pas saya lihat ini udah darah semua.”

Kiky mengaku cerita seputar penyelamatan dirinya didapat dari penjelasan seorang laki-laki yang tak bisa lagi diingat namanya. Kiky hanya bertemu sekali dengannya saat pertemuan bersama Tim Pencari Fakta Trisakti beberapa tahun silam. “Mas itu cerita pada waktu aku sudah direbahkan dalam ruangan. Kemudian ada aparat masuk. Bawa senjata. Dia buka pintu lihat aku dan seorang perempuan yang juga selamat. Si aparat ini langsung kokangin senjata dan ditodongkan ke kepalaku. Makanya cewek itu nangis. Karena dia melihat langsung,” jelasnya.

Dia menambahkan, “Jadi si mas itu cerita, terus lewat lagi satu aparat juga. Waktu itu bilang. Sudah tembak aja, Itu cewek tadi paling depan, yang menjelek-jelekan polisi. Tapi polisi itu kemudian menumpahkan kekesalannya dengan menggebuk lemari yang ada di sana. Setelah itu dia pergi. Dan aku ingat pada saat itu sempat merasa aku sudah sempat nyebut “Lailahailallah”. Merinding lagi dah ni gue.”

Saat sadar, Kiky baru tahu jika ia dikumpulkan bersama korban luka lainnya  dalam sebuah ruangan di gedung Kantor Walikota Jakarta Barat. Malam itu juga Kiky dibawa aparat dengan alasan untuk diobati. Salah satu yang ia ingat kakak kelasnya di kampus, juga ikut bersamanya.   Mereka dibawa ke Markas Kepolisian Jakarta.

“Ya sudah benar. Kita sampai di Polda Metro Jaya, ya enggak langsung diobatin. Waktu itu kita langsung dibawa ke bagian serse, untuk istilahnya langsung BAP. Dikumpulin BAP. Trus dikasih kayak selebaran gitu ditanya siapa yang ngegerakin demo, siapa yang suruh, tujuannya apa. Trus sampai segala macam tokoh idola kita ditanya,” ingatnya.

Di Polda Jakarta, Kiky sempat diintimidasi aparat. “Kita sempat lagi diinterogasi satu satu di ruangan tertutup. Nha di situ polisinya datanglah bawa nampan sama ada jarum, obat, macem macem gitu. Itu tahu enggak sih, yang namanya kapas dikasih alkohol sebanyak banyaknya trus ditempel di sini (luka). Di situ gue ngejerit abis abisan. Aku enggak tahu, ya, itu bentuk mereka neken aku atau nggak. Tapi pada waktu aku nangis kesakitan itu mereka gini,”Kamu nangis, diam. Tadi aja pas demo kamu bisa teriak teriak. Sekarang baru kena alkohol aja nangis. Cengeng. Kayak gini mau ikut ikutan demo. Saat itu aku  menangis,” tambahnya.

Sementara rekannya sempat dihajar aparat saat diinterogasi. Usai diperiksa, polisi mengizinkan Kiky dan rekannya menelpon keluarga. Sekitar pukul 11 malam orangtuanya datang menjemput. Elly Muthia, ibunda Kiky.“Sampai di situ, kan, di serse, ya. Lihat dia duduk. O...enggak papa Cuma dikit. Cuma kan prosedurnya belum boleh diambil ya. Polisi nya kan bilang gini. Ini ibunya, ya? Iya. Polisinya bilang gini, tuh makanya jangan suka ikut ikutan demo deh,  kan bikin orangtua khawatir. Ibu bilang, enggak malahan kita yang suruh dia demo. Saya dulu angkatan 66 kok. Demo masih SMP, dia mah udah kuliah,” katanya seraya tersenyum.

Elly menambahkan,“Tadinya kan isunya mereka mau ditahan. Tahu tahu jam12, dia bilang ya sudah tanda tangan surat, mereka dilepasin. Pas bawa pulang, ke luar masih di halaman depan Polda lihat banyak kamera. Rupanya rektor Trisakti lapor itu meninggal empat. Makanya mereka dilepas. Cuma waktu itu katanya Kiky polisinya ngomong, untung kamu naiknya ke ambulans polisi, kalau nggak, enggak tahu deh kamu ada dimana.”

Keesokan harinya, 13 Mei 1998 Kiky datang ke kampus Trisakti yang tengah berduka. Keterangan dari Pusat Krisis Universitas Trisakti menyebutkan empat  mahasiswa  tewas dalam tragedi 12 Mei. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hartanto, Hafidhin Royan, dan Hendriawan Sie. Belasan orang lainnya terluka.

Rekan-rekannya terperanjat melihat sosok Kiky yang segar-bugar . Maklum di Harian Kompas yang terbit hari itu, foto Kiky  yang tengah terkapar di aspal jalanan depan kampus Trisakti dipajang di halaman muka.

Siapa fotografer yang sempat mengabadikan peristiwa bersejarah tersebut?

  • Rizky Rahmawati Pasaribu
  • Trisakti
  • Tragedi Mei
  • Reformasi
  • Jakarta

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!