Kepala Divisi Wisata BUMDes Tirta Mandiri Suyantoko berpose di kawasan Umbul Ponggok. Wisata bawah air ini dikelola BUMDes sejak 2010. (Foto: KBR/Ninik).

SAGA

Strategi Umbul Ponggok Bangkit di Tengah Pandemi

Jumat 08 Apr 2022, 18.15 WIB

KBR, Klaten - Santi (39) tengah beristirahat di tepi Umbul Ponggok, Klaten, Jawa Tengah. Ia menghabiskan akhir pekan bersama anak dan tiga keponakan.

“Baru pertama kali sih berkunjung ke sini. Tadi sempat kaget ternyata di Klaten punya wahana wisata air yang bagus, modern, yang bisa buat spot foto di bawah air,” kata dia.

Santi membeli paket berfoto di dalam air seharga Rp100 ribu. Ia berencana kembali ke Ponggok untuk mencoba sensasi wahana lain seperti diving atau menyelam.

“(Tadi) berenang, terus foto di bawah air. Seru, nyaman, menyenangkan ada pemandunya. Pemandunya ramah-ramah, asyik kok,” imbuhnya.

Tak berlebihan kiranya warga Klaten seperti Santi bangga dengan keberadaan Umbul Ponggok. Mata air yang berada di Desa Ponggok, Polanharjo, Klaten ini sudah lama banjir pujian.

Salah satunya dilontarkan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang pernah mengunjungi Umbul Ponggok beberapa tahun lalu.

Baca juga: Bookhive, Pustaka Mini Ramah Pandemi

Aksi Santi, warga Klaten, berfoto di bawah air. Umbul Ponggok juga menawarkan wahana snorkeling dan menyelam. (Foto: dok pribadi).

Aplaus diberikan kepada Kepala Desa Ponggok Junaedi Mulyono, yang sukses menyulap Umbul Ponggok menjadi wahana wisata air terkemuka. Anggarannya menggunakan dana desa.

Umbul Ponggok berstatus sebagai aset desa dan dikelola Badan Usaha Milik Desa BUMDes Tirta Mandiri.

Menurut Kepala Divisi Wisata BUMDes Tirta Mandiri Suyantoko, mata air ini sudah ada sejak zaman kolonial, tetapi potensi wisatanya baru serius dikembangkan pada 2010.

“Tahun 2006, Ponggok itu desa tertinggal, desa merah. Pendapatannya nomor dua dari bawah se-kabupaten. Desa yang dulu miskin, sekarang sudah bisa membalikkan. Yang penting perencanaannya harus siap dan datanya harus benar,” ucap Yanto.

“Biayanya juga ga sedikit, ratusan juta untuk bikin perencanaan saja, tapi kan terbayar dengan pemasukan yang tujuan dan golnya sudah jelas,” imbuh dia.

Popularitas Umbul Ponggok kian meroket, ditopang kekuatan media sosial. Sebelum pandemi, saban hari mereka kedatangan seribuan pengunjung.

Di akhir pekan jumlahnya berlipat menjadi 4 ribu hingga 8 ribu orang. Ekonomi dan kesejahteraan warga Ponggok pun otomatis ikut terangkat.

“Ada profit juga ada benefit. Kita (BUMDes) tidak hanya mengejar keuntungan, tapi keuntungan bagi masyarakat, itu yang lebih diutamakan. Dengan adanya umbul ini masyarakat bisa jualan, ada lahan parkir, benefit itu yang mungkin kalau di swasta murni tidak akan terpikirkan,” jelas Yanto.

Baca juga: Bagirata, Solidaritas bagi Pekerja Terdampak Pandemi

Suasana Umbul Ponggok yang sepi saat pandemi. Umbul Ponggok direvitalisasi sejak 2010 dan mulai dikenal luas pada 2013 ditopang media sosial. (Foto: KBR/Ninik).

Pada 2020, badai pandemi sontak menyapu suka cita di Ponggok. Selama dua tahun terakhir, wajah Umbul belum pernah pulih seperti sediakala. Apalagi 80 persen pengunjung berasal dari luar Klaten.

“Tahun 2020 itu kalau 24 bulan, liburnya hampir 18 bulan, benar-benar libur. Jadi bisa dibayangkan, tidak ada pemasukan sama sekali. Sebelumnya pendapatan BUMDes semua sampai ke Rp16,4 miliar di 2019. Tahun 2020, beng.. jatuh menjadi Rp4,2 miliar,” ungkap dia.

Strategi efisiensi dijalankan untuk menekan kerugian. Sebanyak 40-an karyawan tetap bekerja, tetapi dalam sistem sif.

“Misalnya masuk 100 persen, dapat gaji full. Tapi kalau masuknya 50 (persen), dapatnya cuma separuhnya. Jadi biarpun sedikit tapi dapat, tapi dijadwal,” terang Yanto.

Adapun untuk mendongkrak jumlah pengunjung, berbagai promosi digencarkan.

“PPKM, orang luar Klaten kan ga boleh masuk, otomatis ya (pengunjung) orang Klaten saja. Makanya kita menurunkan tiket. Dulu tiketnya Rp15 ribu, diturunkan jadi Rp10 ribu, biar orang-orang Klaten tidak terbebani,” tutur dia.

Yanto berharap tahun ini obyek wisata air boleh dibuka kembali. Ia memastikan bakal mematuhi seluruh syarat untuk menjamin keamanan dan keselamatan semua pihak.

“Kemarin ada syarat, harus ada tempat cuci, handsanitizer, harus ada aturan bahwa sebelum mandi ke kolam, mandi dulu. Jadi aturannya berubah, kalau dulu kan, nyemplung dulu baru bilas kan. Kemarin itu bilas dulu baru nyemplung, habis itu bilas lagi. Kita laksanakan,” ucap warga asli Ponggok ini.

Baca juga: Potret Penanganan Stunting di Masa Pandemi

Keberadaan Umbul Ponggok memberi efek pengganda ekonomi bagi warga sekitar. (Foto: KBR/Ninik).

“Di Klaten ini kan terkenal dengan seribu mata air. Jangan sampai jadi seribu air mata. Kemarin itu hashtag kita, karena banyak sekali roda ekonomi yang benar-benar mati,” jelasnya.

Pandemi tak membuat Umbul Ponggok berdiam diri, tetapi justru menggenjot inovasi. Segepok rencana sudah disiapkan untuk dieksekusi di momen yang tepat.

“Bagaimana orang datang itu ga bosan. Pertengahan tahun, mau Lebaran nanti ada event lagi, juga waktu akhir tahun. Misalkan di 17 agustus, kita udah ada event. Jangan semua langsung dikeluarkan, sudah tahu semua, ya udah ga datang lagi,” kata Yanto.

Yanto yakin Umbul Ponggok bakal terus berjaya sebagai obyek wisata air terdepan.

“Bagaimana kita tetap menjadi start up, jangan jadi follower. Kita yang pertama, karena kalau yang pertama itu yang akan lebih dikenang,” pungkas Yanto.

Penulis: Ninik Yuniati