KBR, Jakarta - Hari masih pagi ketika belasan perahu bersandar di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara. Satu-persatu nelayan datang hingga terkumpul ratusan. Dan kala matahari masih terik-teriknya, mereka bersama sejumlah LSM, mulai berlayar. Bukan ingin menangkap ikan, tapi menyegel pulau buatan di teluk Jakarta –yakni milik Agung Podomoro Land.
Gembok raksasa dari styrofoam ikut diboyong; sebagai simbol penyegelan. Diding Setyawan, salah satu nelayan bercerita, pulau G itu menghancurkan kehidupan ekonomi mereka.
"Sekarang kadang-kadang kita melaut dengan biaya 500 ribu hasilnya nggak ada. Kita bisa cuma dapat 300-200 ribu, itu pun kadang-kadang kosong. Kita bawa perbekalan kadang-kadang kita rugi," ucap Diding pada KBR, Minggu (17/4/2016).
Dulu, sebelum ada pulau buatan, mereka leluasa berlayar di lokasi itu. Tapi kini, nelayan harus ke tengah laut. Pengerukan, membuat terumbu karang rusak, pun populasi ikan ikut menurun.
KBR ikut dalam aksi tersebut. Tak sampai 20 menit, kami tiba. Tapi petugas keamanan di Pulau G langsung mencegah kehadiran kami. Situasi sempat tegang, tapi akhirnya diizinkan masuk.
Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia, Riza Damanik, mengatakan penyegelan simbolis ini penting untuk penegakan hukum.
"Kalau kita tidak segera melakukan upaya penghentian kegiatan (pembangunan), kami khawatir kewibawaan negara akan rendah. Karena tidak ada penegakkan hukum. Dan yang kedua adalah kerusakan yang ada tidak tercegah, justru semakin luas," jelas Riza Damanik.
Meski DPRD DKI Jakarta telah menghentikan pembahasan Raperda Reklamasi Teluk Jakarta, pembangunan pulau masih berjalan. Pulau G kini sudah seluas belasan hektar, dari rencana 160 hektar. Alat berat, juga masih bertengger di sana.
Tigor Hutapea dari LBH Jakarta menyebut, gubernur Basuki Tjahaja Purnama harus mencabut izin reklamasi demi hukum. "Gubernur DKI Jakarta harus mencabut semua izin yang ada. Silakan memulai dengan prosedur yang baru, silakan memulai proses AMDAL. Sehingga tidak melanggar hak nelayan dan hak lingkungan yang ada," tuturnya.
Penyegelan oleh Nelayan
Aksi penyegelan pun dimulai. Sementara puluhan petugas keamanan pulau, hanya bisa melihat aksi tersebut. Mereka menolak memberikan keterangan.
Diding, nelayan di Muara Angke, kembali menceritakan tentang hidup mereka yang kian tersingkir dengan adanya apartemen mewah di pulau buatan itu. "Nelayan seperti saya mungkin sampai hari kiamat tidak akan kebeli ruko 3,9 miliar dengan ukuran 8 x 16 meter. Apa mungkin saya memiliki apartemen itu? mustahil untuk nelayan tradisional. Makanya kalau ini dibangun untuk kepentingan masyarakat, masyarakat yang mana?" pungkas Diding.
Ia pun menunjukkan pada kami, kampung nelayan yang telah ia tinggali selama puluhan tahun. Kata Diding, semestinya pemerintah DKI Jakarta tak semestinya menggusur, tapi melegalkan.
"Saya tinggal di komplek nelayan Muara Angke sejak 1974, UU sudah mengatur 20 tahun tanah yang ditempati oleh masyarakat yang diakui pemerintah itu harus dibuatkan sertifikatnya. Tapi sekarang mana? Lah pulau ini sudah dipasarkan dan sudah ada sertifikatnya. Ini masuk akal nggak?" tambahnya.
Hari beranjak siang dan nelayan kembali ke kampungnya di pesisir. Nelayan perempuan, Anira, berharap pembangunan pulau buatan itu benar-benar dihentikan. "Harapannya selamanya jangan diteruskan. Kalau masih ada pengerjaan, harus demo lagi," tutupnya.
Editor: Quinawaty Pasaribu
Pulau G Disegel Nelayan!
"Saya tinggal di komplek nelayan Muara Angke sejak 1974, UU sudah mengatur 20 tahun tanah yang ditempati oleh masyarakat yang diakui pemerintah itu harus dibuatkan sertifikatnya. Tapi sekarang mana?"

Aksi nelayan Muara Angke menyegel Pulau G milik Agung Podomoro Land di teluk Jakarta. Foto: KBR
BERITA LAINNYA - SAGA
Kelas Multikultural, Ruang Keberagaman dari Tanah Sunda
Siswa yang masuk dan dipilih berasal dari ragam suku
Kampanye Anti Kekerasan Seksual Melalui Seni
Kampanye ini menampilkan berbagai instalasi mulai dari pakaian para korban kekerasan seksual, bentuk vagina dan payudara perempuan hingga beragam lukisan bertema perempuan.
Upaya Perempuan Nahdlatul Ulama Melawan Rokok
Nahdlatul Ulama (NU) dikenal akrab dengan rokok. Namun perempuan NU yang tergabung dalam Fatayat NU memilih jalan berbeda
Tanpa Regulasi, Rokok Elektronik Serbu Indonesia
Ditolak di berbagai negara, termasuk di negara pembuatnya yaitu Amerika Serikat, BPOM menyatakan ini barang ilegal, toh tetap mudah dibeli di minimarket
Bagaimana Mereka Mengenang Munir Setelah 15 Tahun Berlalu
Setelah 15 tahun, aku tahu, Munir tidak sendiri. Aku bersamamu Munir. Bersama teman-teman seperjuangan kita
Menggusur Gang Setan, Menanam Asa di Tanah Ombak
Kawasan ini semula sangar dan dikenal rawan kriminalitas
Studio Dapur, Upaya Mendongkrak Derajat Anyaman Bambu
Studio Dapur berusaha mengangkat derajat anyaman bambu itu ke level lebih tinggi, bahkan di jual ke luar negeri
Tani Muda Santan: Melawan Tambang, Menjaga Lingkungan
Tatanan lingkungan di Desa Santan berubah sejak 1997, seiring masuknya perusahaan tambang
Belajar Damai di Kota Bandung
Dulunya, Ary kerap mengejek kawannya yang berbeda agama. Bahkan tak jarang ia memberi label kafir pada yang berbeda pandangan dengannya.
Cerdaskan Petani dengan Rumah Koran
Mereka harus melanjutkan pendidikan mereka, tidak menikah dini, mereka mampu kuliah, kemudian mereka menjadi generasi petani yang berpendidikan
Melawan Sampah Plastik di Samarinda
Sejak awal tahun ini, Pemkot Samarinda mulai memberlakukan aturan yang mendukung gerakan ‘diet plastik’
Zero Waste, Ubah Salak Jadi Aneka Rupa
Mengusung konsep zero waste atau pengolahan tanpa limbah, Abian Salak mengubah paradigma pecinta salak
Gede Artha Pioneer Jamur dari Timur Bali
"Jadi petani itu seksi"
Silek Lanyah, Menggali Tradisi Mengundang Wisatawan
"Kalau untuk penolakan emang ada dari beberapa pihak. Ada yang bilang potong kuping saya kalau jadi desa wisata"
Paccoo, Menyulap Tanaman Liar Jadi Makanan Sehat
Jargon kue kering Pacco ini adalah ‘alms in every bite’ atau sedekah dalam setiap gigitan.
Komunitas Anak Muda Lestarikan Budaya Batak
Perubahan dunia yang serba cepat mengancam keberadaan budaya lokal. Di Sumatera Utara, ada Ishak Aprianto Aritonang yang giat menghidupkan budaya dan tradisi Batak
Merawat Kerukunan dengan SADAP
Komunitas Satu dalam Perbedaan (SADAP) berupaya merawat kerukunan warga di Pontianak
Ngobrol Psikologi, Ubah Stigma Buruk Kesehatan Mental
Kesehatan mental bukan melulu soal sakit jiwa atau depresi. Bertemu psikolog pun bukan berarti ‘gila’ atau ‘aib’
Pembalak Jadi Pemandu Wisata Nyarai
Ratusan penebang liar meninggalkan gergaji mesin, beralih menjadi pemandu wisata.
Pengetahuan Dari Lembaran Lontar
Di Bali, ada seorang anak muda yang dengan suka rela mempelajari isi pengetahuan yang ditulis di lembaran-lembaran lontar.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 20
Kabar Baru Jam 19
Kabar Baru Jam 18
Kabar Baru Jam 17
Perlindungan Hukum untuk Para Pembela HAM Masih Lemah