CERITA

Syarifah Berdayakan Para Janda dengan Budidaya Rumput Laut

Syarifah Berdayakan Para Janda dengan Budidaya Rumput Laut

Desa Tamarupa, Kecamatan Mandalle, Pangkep, Sulawesi Selatan merupakan desa kecil di tepi Selat Makassar. Di sini, kita bisa melihat jejeran rumah panggung dari kayu. Di sini pula, geliat perekonomian penduduknya bersandar pada budidaya rumput laut dan anyaman jaring. 

Ketika KBR mengunjungi desa itu, rumput laut berjejeran di depan rumah panggung warga. Rumput laut itu tengah dikeringkan. Sementara di dalam rumah, samar-samar terlihat jari-jari perempuan menganyam jaring dan jala. Dengan tekun, mereka menarik senar, memasang timah dan mengikat satu persatu untuk dijadikan jaring penangkap udang dan kepiting. 

Syarifah adalah Ketua Kelompok Kalaroang atau kelompok pembudidaya rumput laut serta Ketua Kelompok Siangkalinga Adae atau kelompok perempuan pembuat jala yang dibentuk pada 2013 silam. Jumlah anggotanya mencapai 23 orang yang mayoritas janda. 

Saat ditemui di rumahnya, guru honorer di Sekolah Dasar (SD) ini bercerita tentang awal mula menggeliatkan perekonomian di desanya. 

“Dulunya di sini rata-rata kaum janda yang belum paham pendidikan. Tapi saya lihat mereka punya kemampuan membuat jaring di rumah. Nah, ada Oxfam datang  mengajak bikin kelompok. Saya lihat di sini sudah ada penjaring tapi belum ada kelompok,” kata Syarifah. 

Dengan dasar ingin memperbaiki perekonomian keluarga dan para janda di desanya, ia pun berinisiatif membentuk kelompok dengan bantuan sang suami dan Oxfam, lembaga internasional yang fokus pada penghapusan kemiskinan. 

Tapi rupanya, mengajak para janda di desanya bukan perkara mudah. Ia tak henti-hentinya menyambangi rumah mereka satu persatu. Malah, sampai lima kali datang untuk meyakinkan mereka agar mau bergabung. 

“Saya datangi rumah masing-masing sampai 5 hari saya kasih pengertian bagaimana manfaat berkelompok dan tujuan Oxfam untuk membantu sehingga dia respon dengan baik.” 

Hingga akhirnya, rayuan Syarifah bersambut. Ia berhasil meyakinkan mereka bahwa kelompok budidaya rumput laut dan jaring ini bisa meningkatkan perekonomian keluarga. 

Dan, hal itu terbukti. Kembali Syarifah bercerita.

“Dari kelompok tersebut sudah menghasilkan dalam satu bulan ada yang 800 ikat jaring. Jadi itulah manfaat dari kami berkelompok dan sangat bermanfaat sekali kami rasakan di sini. Memang yang sebelumnya hanya bisa mampu 15 ikat saja dengan hasil jual 50 ribu per ikat.”

Ia juga bercerita, jaring dan jala buatan kelompoknya bisa terjual hingga ke Papua. Hal itu dimulai sejak tahun lalu. Ketika itu, ada orang yang menyambangi desanya dan langsung memesan jala. Sementara budidaya rumput laut, ada pengepul yang membeli langsung ke mereka. 

“Sangat besar sekali harapan kami, mudah-mudahan Pemerintah dapat melirik kami sebagai menjaring dan rumput laut untuk menambah-nambah modal kami supaya ke depan lebih bagus lagi daripada sekarang,” ujar Syarifah.

Pendamping Kelompok Kalaroang dan Siangkalinga Adae dari Oxfam, Sonny Kusnito mengatakan, pihaknya hanya berperan dalam hal perencanaan kerja dan memberi bantuan alat. Sedangkan pembentukan kelompok-kelompok itu, adalah murni inisiatif Syarifah. 

“Kalau untuk masalah teknis, mereka memang sudah pekerjaannya. Peran kita di sini lebih ke arah manajemen usaha termasuk perencanaan usahanya. Selama ini kan mereka hanya melakukan saja tanpa ada perencanaan terlebih dulu. Nah, pendampingan kita yaitu kita masuk di situ kita tekankan ke anggota kelompok sebelum melakukan usaha kita harus punya perencanaan usaha yang baik supaya usaha yang mereka lakukan itu berkelanjutan,” papar Sonny. 

Sementara, salah satu anggota Kelompok Siangkalinga Adae, Salmiah bercerita, sejak bergabung pada tahun lalu, ia bisa menyekolahkan cucunya yang kini duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Dalam sehari, janda anak satu ini malah bisa membuat jaring sebanyak 1 set seharga R p60 ribu. Maka dalam sebulan, ia bisa mengantongi Rp 1 juta. 

“Kalau satu set itu kita kerjakan 5 hari, dan gajinya dalam 1 set Rp 60 ribu, 15 ikat 5 hari, anak cucu membantu malam-malam sambil menonton.” 

Ke depan, ia dan anggota yang lain berharap pemerintah daerah membantu memasarkan kerja kelompoknya. 

Editor: Antonius Eko 

 

  • syarifah
  • rumput laut
  • Toleransi
  • petatoleransi_27Sulawesi Selatan_biru

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!