Kepul, Solusi Kurangi Sampah

Sedikitnya 2.000an ton sampah menyesaki Kota Medan saban harinya. Tak jarang terserak dan, menimbulkan masalah lingkungan. Afrizal Yusuf punya ide cemerlang menangani itu lewat aplikasi Kepul.

Afrizal dan dua rekan penggagas Kepul saat ditemui di Medan. (Foto: KBR/ Budhi S)

Selasa, 12 Maret 2019

-

NINIK YUNIARTI, NARATOR:

[AUDIO SUARA MOTOR MASUK AREA KOMPLEKS]

Sekitar pukul 10 pagi, Ridwan sudah memacu motornya di jalanan sekitar Universitas Sumatera Utara.

Ia menyambangi perumahan Masnida Estate untuk mengambil barang bekas yang dijual pelanggan. Di Medan, profesi Ridwan disebut tukang botot.

[AUDIO KEGIATAN JUAL-BELI DENGAN PELANGGAN]

Dalam hitungan menit, satu kilogram botol plastik bekas sudah berpindah ke keranjang motor Ridwan.

Siap dijual ke pengepul besar atau toke pada sore hari. 

RIDWAN: Ke tempat bosnya, pengepul. Biasanya. Misalnya kan kami ngambil buku sekilo 500, kita jual seribu. Aquanya 2 ribu, nolaknya 2500, atau 3 ribu, kadang-kadang naik turunlah harga pasaran, kita nggak tahu juga.

Botol plastik bekas itu diperoleh Ridwan tanpa harus berkeliling dari rumah ke rumah. 

Ia memanfaatkan aplikasi bernama KEPUL untuk menjaring pelanggan. 

Sejak bergabung sebagai mitra setahun terakhir, pendapatan Ridwan bertambah. 

RIDWAN: Ditawarin, terus saya ikutlah. Mau nggak ini masuk sama saya, ke KEPUL ini, istilahnya mencoba, mana tahu rezeki abang agak bertambah. Itulah saya ikut-ikut, sampai sekarang ini. Ya agak lumayan lah daripada yang biasa. Kalau biasanya lagi banyak job dari Kepul kadang 200. Tergantung banyak barang kita belilah.

AFRIZAL: Nama saya Afrizal Yusuf Rangkuti, usia 24 tahun asal dari Mandailing Natal. Alumni Fakultas Ilmu Komputer dan TI USU.

Afri adalah salah satu pendiri usaha rintisan atau start up KEPUL. 

Aplikasi ini menghubungkan masyarakat yang ingin menjual sampah ke tukang botot. Mekanismenya mirip dengan ojek online.

AFRIZAL: Layanannya sendiri berupa, si user bisa memasukkan nama dia, alamatnya dan sampah apa saja yang mau dijual, maka notif akan masuk ke kita, kita akan menghubungi driver. Driver menuju lokasi user dan melakukan transaksi di sana dan langsung dibayar cash kepada konsumen tersebut.

Gagasan menciptakan KEPUL muncul sejak Afri dan rekan-rekannya masih aktif kuliah di Fakultas Teknik USU. 

Mereka prihatin dengan timbunan sampah di Medan yang mengotori lingkungan.

AFRIZAL: Dari bulan Maret kita sudah rilis. Untuk drivernya sendiri yang sudah aktif dengan kita ada lima orang pengepul yang tersebar di beberapa daerah seperti di daerah Padang Bulan, Medan Sunggal, Tembung, SM Raja. Kalau konsumennya, kebanyakan sih pemilik-pemilik warung, kafe dan mahasiswa-mahasiswa yang seperti laporan yang sudah nggak terpakai kan, makalah-makalah yang sudah lama nggak digunakan.

KEPUL sudah teruji. Aplikasi ini kerap memenangi kompetisi start up nasional maupun internasional

AFRIZAL: Bulan Agustus kemarin kita terpilih sebagai winner dari kategori start up company yang diadakan oleh Kominfo, id up. Kita direkomenasikan mengikuti AFICTA, dan setelah melalui seleksi, alhamdulillah kita terpilih mewakili Indonesia di ajang AFICTA di Guangzhou China pada 9-13 Oktober.

Riski Amalia adalah salah satu pelanggan tetap KEPUL.

Mahasiswi USU berusia 23 tahun ini bersama kawannya satu kontrakan rutin menjual barang bekas lewat aplikasi.

RISKI: Biasanya kami menggunakannya sekali dalam dua minggu. Tapi kalau misalnya penggunan sampah lagi banyak, seperti misalnya lagi akhir semester, itu kan banyak kertas-kertas bekas, kalau kayak gitu, kami biasa sekali dalam seminggu. Tapi umumnya biasanya dua minggu sekali pasti kami order Kepul,

Riski menyebut Kepul juga sudah jadi langganan banyak mahasiswa USU

RISKI: Jadi otomatis kami sesama mahasiswa biasanya pakai aplikasi kepul. Kalau ada beberapa kegiatan juga. Kalau di kampus itu, kalau misalnya ada acara-acara besar, kayak ada acara kepanitaan atau seminar ada botol-botol bekas minuman. Itu kita dari panitianya, biasanya ngumpulin sampah-sampah itu terus order ke Kepul.

Sukes dengan Kepul, Afri tak mau berhenti. Ia bersama rekan setim menyiapkan inovasi berikutnya.

AFRIZAL: Ke depannya kita kan insya Allah membuat pengolahan khusus plastik, nanti kita akan menaikkan harga dari toke-toke botot itu, sehingga driver-driver kita ini lebih sejahtera lagi. Kita fokuskan plastik karena masalah di Indonesia plastik adalah salah satu pencemar lingkungan paling banyak.