KBR, Yogyakarta - Di salah satu ruang Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapenas Yogyakarta, seorang guru dengan tekun mengajari seorang bocah menulis. Menulis dalam pengertian bocah itu adalah menyentuh huruf demi huruf pada layar tablet dengan jari-jarinya. Cara ini diajarkan sang guru; Safrina Rovasita pada anak-anak dengan cerebral palsy.
Ditemui di sela-sela mengajar, Safrina bercerita mengapa dirinya memilih profesi ini. "Karena saya suka anak kecil juga dan jadi guru itu banyak sesuatu yang bisa saya ambil seperti kalau muridnya enggak mau belajar, bagaimana harus bisa menarik dia belajar," ucap Safrina dengan terbata-bata.
Sebagai pengajar, Safrina juga penyandang cerebral palsy. Dan ia, menjadi satu-satunya guru dengan cerebral palsy di Kota Pelajar tersebut.
Lahir di Sleman, 1 Mei 1985, Safrina baru mengetahui dirinya mengalami Cerebral Palsy saat di bangku kuliah. Menurut Safrina, informasi mengenai penyakitnya itu belum diketahui banyak orang. Orangtuanya sendiri bahkan memperoleh informasi tentang cerebral palsy dari internet.
"Jadi ibu saya tidak tahu saya cerebral palsy, tahunya kelainan. Bahkan sampai sekarang dokter jarang memberi tahu anaknya mengalami cerebral palsy, sehingga orangtua banyak mencari di internet."
Cerebral Palsy adalah gangguan yang mempengaruhi gerakan dan postur tubuh. Hal ini terkait dengan cedera otak atau masalah dengan perkembangan otak dan menyebabkan tidak dapat mengontrol gerakan baik sebagian atau seluruh tubuh. Semisal, anak dengan Cerebral Palsy akan kesulitan memegang pensil.
Tapi minimnya informasi tentang Cerebral Palsy membuat Safrina akhirnya bersama sejumlah orangtua penyandang cerebral menginisiasi Wahana Keluarga Cerebral Palsy pada 2012. Di sini, orangtua yang anaknya menderita cerebral bertemu –berbagi pengetahuan dengan diskusi dan konseling bersama pakar.
Tak hanya itu, Wahana Keluarga Cerebral Palsy juga terus memantau penyandang cerebral di kota tersebut yang jumlahnya mencapai 1000 orang.
"Saya mencari tahu terus dan mencari komunitas. Saat saya S1 belum ada komunitas cerebral palsy. Terus kita diajak pertemuan, akhirnya 2012 kami berdelapan menyatakan berdirinya komunitas Wahana keluarga Cerebral Palsy. Maret besok kita ultah ke lima."
Masa-masa sekolah Safrina pun tak selalu mulus. Memasuki SD, dia dimasukkan ke Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kalibayem. Memasuki SMP, ia sekolah umum SMPN 2 Depok –dan lulus dengan nilai setara anak-anak lainnya.
Hingga lulus sebagai Sarjana Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Yogyakarta dan Master Bimbingan Konseling Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, tak membuatnya berhenti. Safrina masih ingin mengejar beasiswa program S3.
Kini, bekerja sebagai guru, Safrina hanya mendapat tunjangan Guru Tidak Tetap (GTT) dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga DIY sebesar Rp750 ribu/bulan. Hal ini memperlihatkan, bagaimana masih sulitnya orang dengan Cerebral Palsy mencari pekerjaan.
"Masalah pekerjaan masih sulit. Teman-teman saya ada yang sudah S1 tapi belum bekerja," tukas Safrina.
Tapi Safrina, tak mau menyerah. Dia aktif menulis dan dimuat di surat kabar lokal. Belakangan, ia berkeinginan menerbitkan buku tentang Cerebral Palsy. "Inginnya menulis buku. Sebab hanya dengan tulisan orang bisa mengetahui cerebral palsy."
Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapenas –tempat Safrina mengajar, Muhardi, mengakui semangat tinggi pegawainya itu. Muhardi juga menuturkan, sekolah tak begitu saja merekrut Safrina sebagai pengajar. Namun tetap memberlakukan masa percobaan.
"Setelah selesai S1 tertarik mengajar SLB. Kebetulan yang dilamar SLB Yapenas. Beberapa bulan mengalami percobaan dan berinteraksi dengan anak. Di saat mengajar disamping semangatnya yang tinggi untuk mengangkat semangat anak-anak yang diajar," ujar Muhardi.
SLB Yapenas pun merasa beruntung memiliki Safrina sebagai pengajar. "Kelebihan yang pasti mereka bisa menyatu dengan anak-anak. Pengalaman semasa di SLB juga diterapkan. Bahwa mereka ingin membangkitkan potensi dari anak-anak yang ada di SLB," jelasnya.
Kembali ke Safrina. Ia berharap bisa melanjutkan S3 dan membuat riset tentang Cerebral Palsy. Sementara untuk anak didiknya, bisa memacu semangat penyandang cerebral lainnya.
"Bisa lebih mengetahui perasaan mereka. Mereka kadang melihat saya seperti teman. Jadi terbuka dengan saya," kenang Safrina.
Editor: Quinawaty
[SAGA] Safrina Rovasita Mengabdikan Hidup untuk Mengajar Anak-anak Cerebral Palsy
"Inginnya menulis buku. Sebab hanya dengan tulisan orang bisa mengetahui cerebral palsy."

Jumat, 03 Mar 2017 13:33 WIB

![[SAGA] Safrina Rovasita Mengabdikan Hidup untuk Mengajar Anak-anak Cerebral Palsy [SAGA] Safrina Rovasita Mengabdikan Hidup untuk Mengajar Anak-anak Cerebral Palsy](https://kbr.id/media/?size=730x406&filename=safrina-rovasita-mengajar-anak-di-slb-yapenas-yogya-foto-eka-juniari.jpg)
Safrina Rovasita telah menyelesaikan pendidikan Master Bimbingan Konseling Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Di sela kesibukan mengajar di SLB Yapenas Yogyakarta, Safrina ingin melanjutkan pendidik
Berita Terkait
BERITA LAINNYA - SAGA
Kampung Liu Mulang Teladan Hidup Selaras dengan Alam
Tradisi menjaga lingkungan dilakoni dan diwariskan antargenerasi
Sampah Makanan Penyumbang Emisi
Badan Pangan Dunia FAO bahkan menyebut sistem pangan global sebagai pendorong terbesar kerusakan lingkungan
Menangkal Asap Rokok dan Covid-19 dengan Kampung Bebas Asap Rokok
Momentum pandemi jadi sarana efektif untuk edukasi bahaya asap rokok
Kesehatan Bumi dan Mental
Organisasi psikiater di Amerika Serikat, the American Psychiatric Association, menjelaskan bagaimana krisis iklim ini mengganggu kesehatan mental
Bendrong Menuju Dusun Mandiri Energi dan Pangan
Program rintisan biogas dikembangkan menjadi sistem pertanian terpadu. Ekonomi meningkat dan lingkungan terjaga.
Make Up Baik Untuk Iklim
Tren pemakaian make-up alias dandanan tak pernah mati. Tengok saja YouTube dan media sosial, di sana bertabur aneka konten tutorial berdandan.
Kulon Progo Terus Melawan Asap Rokok
Kebijakan antirokok tetap berlanjut meski ganti pemimpin
Bahaya E-Waste untuk Iklim
Sampah elektronik atau e-waste juga menjadi sumber emisi, sehingga bumi makin panas
Jernang Emas Rimba yang Terancam Punah
Jernang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga bagian dari tradisi Orang Rimba menjaga lingkungan
Berhitung Plastik Pada Kopi Senja
Indonesia adalah salah satu negara dengan konsumsi kopi terbesar di dunia. Secara perekonomian, ini tentu baik. Tapi seperti pedang bermata dua, sisi lain industri kopi kekinian mulai mengintai.
Ketika Burgermu Memanaskan Bumi
Tahukah kamu kalau daging lezat yang kamu makan itu berkontribusi pada perubahan iklim?
Adaptasi Petani Kendal Atasi Kekeringan
Kekeringan menjadi langganan petani selama puluhan tahun. Krisis air makin parah akibat perubahan iklim. Strategi adaptasi mulai dirintis kelompok pemuda.
Membangun Rumah Ramah Lingkungan
Ada banyak jalan menuju Roma. Ada banyak cara pula orang menunjukkan kepeduliannya pada lingkungan. Kali ini, Podcast Climate Tales mengajak kita ‘bedah rumah’ Minisponsible House yuk.
Menjaga Mangrove Pantai Bengkak
Konservasi mangrove untuk cegah abrasi akibat perubahan iklim. Perpaduan dengan wisata edukasi memberi nilai tambah ekonomi bagi warga
Nasib Petani Tembakau di Pulau Lombok
Petani mitra maupun swadaya sulit mendapat penghidupan layak karena ketidakpastian harga tembakau. Pandemi Covid-19 makin membuat nasib mereka terpuruk.
Melambat Bersama Slow Fashion
Industri Fashion adalah polutan terbesar kedua di dunia, setelah minyak dan gas. Tak heran karena dalam prosesnya prosesnya Industri ini banyak mengesampingkan kelestarian lingkungan.
Most Popular / Trending
Recent KBR Prime Podcast
Kabar Baru Jam 7
Pesan untuk Kapolri Baru terkait Catatan Pelanggaran HAM
Sudah Negatif Covid, Perlu Swab Ulang?
Kabar Baru Jam 8
Strategi Pengusaha Hotel dan Resto Merespons PPKM