BERITA
Presiden Korsel Dibelit Skandal, Perdana Menteri yang Dicopot
KBR, Jakarta - Presiden Korea Selatan Park Geun-hye memecat Hwang
Kyo-ahn dari jabatan Perdana Menteri, dan menunjuk Kim Byong-joon
sebagai Perdana Menteri yang baru.
Di Korea Selatan, posisi
Perdana Menteri merupakan posisi nomor dua setelah presiden, dan lebih
berperan seperti wakil Presiden. Namun, penunjukan perdana menteri tetap
membutuhkan persetujuan parlemen.
Penggantian perdana menteri
itu dilakukan menyusul skandal yang mengguncang pemerintahan Park
Geun-hye, terkait dugaan korupsi yang melibatkan para teman dekat
Presiden, Choi Soon-sil.
Choi bukan sia-siapa di pemerintahan,
namun ternyata perempuan berusia 60 tahun itu memiliki peran dan
terlibat dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pemerintah.
Choi kini ditahan dan dalam penyelidikan Kejaksaan.
Kim
Byong-joon, merupakan bekas pejabat senior di era pemerintahan Presiden
Roh Moo-hyun pada 2003-2008. Di pemerintahan Park, ia menjabat Kepala
Staf Kepresidenan, sekaligus Wakil Perdana Menteri merangkap Menteri
Pendidikan.
Selain mencopot Hwang Kyo-ahn, Presiden Park Geun-hye
juga mencopot Menteri Keuangan Yoo Il-ho. Sebagai gantinya, diangkatlah
Kepala Komisi Layanan Keuangan Korsel Yim Jong-yong, yang juga
merangkap Deputi Perdana Menteri. Yim selama ini dianggap memiliki
catatan baik di kalangan para pengambil kebijakan dan pasar.
Selain itu, Presiden Park juga menunjuk Park Seung-joo sebagai Menteri Keamanan Nasional yang baru.
Meski
begitu kalangan oposisi di Korea Selatan menilai perombakan yang
dilakukan Presiden Park merupakan pertaruhan untuk mengalihkan perhatian
dari krisis politik yang sudah menurunkan tingkat popularitas Park ke
titik terendah.
Tingkat popularitas Presiden Park saat ini turun ke titik terendah hingga hanya satu digit angka saja.
Dari
jajaran partai oposisi, pemimpin Partai Rakyat Park Jie-won mengatakan
pergantian pejabat pemerintahan seperti perdana menteri maupun menteri
keuangan tidak bisa dilakukan tanpa pembahasan dengan kelompok oposisi.
"Kami
tidak akan diam saja terhadap langkah (penyelesaian) situasi ini dengan
cara mengubah personel," kata Park. Bahkan partai oposisi berniat untuk
memboikot rapt dengar pendapat dari Presiden dengan parlemen dan
oposisi.
Di samping itu, belum diketahui apakah skandal itu
melibatkan Hwang Kyo-ahn maupun Yoo Il-ho. Meskipun selama ini Menteri
Yoo berada di bawah tekanan dari kelompok oposisi terkait kedekatannya
dengan Presiden Park.
"Kantor Presiden menunjuk Kim sebagai orang
yang tepat untuk memimpin kabinet demi masa depan negeri dan menghadapi
situasi yang sekarang terjadi," kata Juru bicara Kepresidenan Jung
Youn-kuk.
Terkait dengan skandal yang terjadi di pemerintahannya,
kelompok oposisi menuntut Presiden Park untuk mundur. Meskipun, oposisi
tidak berencana menempuh jalur impeachment (pemakzulan).
Hingga saat ini belum ada presiden di Korea Selatan yang mundur atau berhasil dimakzulkan meski dibelit berbagai skandal.
Jika
Presiden Park Geun-hye mundur sebelum habis masa jabatan lima tahun, maka pemilu
harus digelar dalam kurun waktu 60 hari. Pemenang akan memimpin negara
selama lima tahun.
Jaksa menilai Choi melanggar hukum
menyelewengkan kekuasaan dan dugaan korupsi. Jaksa kini mencari dugaan
keterlibatan Choi untuk memaksa konglomerat mendonasikan dana ke yayasan
nirlaba, dan menjual pengaruh kedekatan hubungannya dengan Presiden
Park untuk memuluskan misinya.
Jaksa juga mencari tahu kemungkinan Choi mendapat keuntungan dari yayasan itu. Terkait skandal ini, Presiden Park Geun-hye sudah meminta maaf kepada publik. Dalam pernyataan yang disiarkan di televisi, Park mengatakan ia betul-betul terkejut ketika temannya, Choi sampai bisa mengakses sejumlah dokumen pemerintah. (Reuters/Guardian/WSJ/CNN)
- Korea Selatan
- Asia
- skandal pemerintahan
- penyalahgunaan wewenang
- Internasional
Komentar (0)
KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!