NASIONAL

BNPB Beberkan Kendala Evakuasi Korban Gempa-Tsunami Sulteng

"Proses evakuasi dan penyelamatan korban gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah terkendala keterbatasan alat berat, kurangnya personil dan lumpuhnya jaringan listrik serta komunikasi."

Dian Kurniati, Winna Wijaya

BNPB Beberkan Kendala Evakuasi Korban Gempa-Tsunami Sulteng
Masjid Baiturrahman pascagempa dan tsunami di daerah Taman Ria, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10). (Foto: ANTARA/ Akbar T)

KBR, Jakarta - Proses evakuasi dan penyelamatan korban gempa di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah terkendala keterbatasan alat berat. Kendati, menurut juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, beberapa alat berat mulai didatangkan dari daerah-daerah terdekat.

Namun, jumlahnya masih belum cukup untuk membersihkan timbunan material reruntuhan pascagempa.

"Pertama evakuasi, pencarian dan penyelematan korban. Alat berat sudah datang, terutama yang dari Palu. Namun kami memerlukan alat berat dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu alat berat didorong didatangkan dari luar," jelas Sutopo dalam konferensi pers di Lobby BNPB Jakarta, Senin (1/10/2018).

Ia menyebut, data BNPB hingga hari keempat pascagempa dan tsunami menyatakan korban meninggal sebanyak 844 jiwa, Senin (1/10/2018) siang. Sutopo memperkirakan jumlah ini bakal meningkat mengingat evakuasi korban terus berlangsung.

Kini fokus pencarian dan penyelematan tim berpusat di Hotel Rua-Rua Palu, wilayah Sigi, dan Donggala. Kata Sutopo, tim evakuasi menyisir korban yang mungkin tertimbun reruntuhan, lumpur, atau terseret longsor.

Dari data sementara 844 korban meninggal, sebanyak 821 orang ditemukan di Palu, 11 orang di Donggala, dan 12 lainnya di Parigi. Dari jumlah itu, sebanyak 744 korban telah diidentifikasi.

Sutopo mendata, korban hilang tercatat 90 orang. Dan, 632 orang dengan luka berat tengah menjalani perawatan di rumah sakit.

Data pengungsi tercatat berjumlah 48 ribuan tersebar di 103 titik di Palu. Mereka ditempatkan di lapangan, kantor, dan tenda-tenda.

Dalam proses evakuasi dan penyelamatan, hambatan tim bukan saja pada keterbatasan alat berat melainkan juga kurangnya personil. Karenanya para relawan pun segera didatangkan. Selain itu menurut Sutopo, lumpuhnya jaringan listrik dan komunikasi juga menambah sulit proses evakuasi.

Baca juga:

    <li><a href="http://kbr.id/terkini/10-2018/ribuan_napi_di_sulteng_menyelamatkan_diri_dari_gempa_tsunami__ini_langkah_ditjenpas/97495.html"><b>Ribuan Napi di Sulteng Menyelamatkan Diri dari Gempa-Tsunami</b></a></li>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/10-2018/wiranto__banyak_negara_tawarkan_bantuan_untuk_tangani_gempa_tsunami_di_palu/97490.html">Wiranto: Banyak Negara Tawarkan Bantuan untuk Tangani Gempa-Tsunami di Palu<span id="pastemarkerend">&nbsp;</span></a></b></li></ul>
    


    Alat Berat Bakal Bertambah

    Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto mengatakan, per hari ini (Senin, 1/10/2018) telah ada penambahan alat berat. Ia menyebut ada sekitar 20 alat berat yang dikerahkan untuk mengevakuasi korban.

    Kata dia, keberadaan alat berat penting karena kebanyakan korban tertimbun di reruntuhan bangunan. Dengan bekerjanya alat-alat itu, ia pun memprediksi jumlah korban boleh jadi bakal bertambah.

    "Karena masih banyak yang belum dilaporkan, dan masih banyak korban yang di bawah puing, dan belum dapat dievakuasi karena kekurangan alat berat," kata Wiranto di Kantor Kemenkopolhukam Jakarta, Senin (1/10/2018).

    "Tapi sekarang, dengan bantuan alat berat yang sudah dimoblisasi, saya di sini mendapat laporan lebih dari 20 eskavator, termasuk buldoser, yang sebelumnya pada saat hari pertama, hanya dua eskavator," tambahnya.

    Wiranto menerangkan, sebagian besar eskavator merupakan pinjaman dari pengusaha di sekitar Sulteng. Seperti dari sektor pertambangan, perkebunan, hingga properti. Sementara ada juga yang dikirim dari luar Sulteng menggunakan kapal.

    Menurutnya, jumlah alat berat akan terus bertambah agar pencarian korban lebih maksimal.

    Kata Wiranto, alat berat itu tersebar di beberapa titik. Sebanyak 16 di antaranya dioperasikan di sebuah kompleks perumahan di Palu. Di kawasan ini bukan saja bangunan yang hanya roboh, melainkan juga tanahnya amblas.

    Ia berkata telah memerintahkan ke jajarannya untuk mempercepat proses evakuasi agar korban segera ditemukan. Untuk membantu proses evakuasi, pemerintah juga menerjunkan hampir 3.000 anggota TNI dan 2.000 polisi ke Sulawesi Tengah.

    Baca juga:

      <li><b><a href="http://kbr.id/terkini/10-2018/gempa_dan_tsunami_palu__jokowi_siapkan_inpres_bantuan_asing/97488.html">Gempa dan Tsunami Palu, Jokowi Siapkan Inpres Bantuan Asing</a></b></li>
      
      <li><b><a href="http://kbr.id/terkini/10-2018/buruknya_mitigasi_bencana_alam/97480.html">Buruknya Mitigasi Bencana Alam<span id="pastemarkerend">&nbsp;</span></a></b><br>
      




    Editor: Nurika Manan

  • gempa Palu
  • Gempa Donggala
  • tsunami
  • gempa dan tsunami Palu
  • tsunami Sulawesi Tengah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!