BERITA

Dampak Kekeringan di Banyumas Meluas, BPBD Kesulitan Siapkan Pasokan Air

Dampak Kekeringan di Banyumas Meluas, BPBD Kesulitan Siapkan Pasokan Air

KBR, Banyumas – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyumas, Jawa Tengah kesulitan menyuplai air ke daerah terdampak kekeringan. Seiring dengan kian luasnya daerah yang diterpa krisis air bersih pada dasarian kedua September 2018 ini.

Komandan Tim Reaksi Cepat BPBD Banyumas, Kusworo mengungkapkan, sukarnya distribusi air lantaran lokasi sumber mata air berkapasitas besar jauh dari daerah terdampak kekeringan. Akibatnya, BPBD mesti mencari alternatif sumber air di luar daerah terdampak yang, jaraknya cukup jauh. Itu sebab tim BPBD pun tak mampu bergerak cepat menyuplai daerah-daerah yang krisis air bersih.

"Sekarang sudah sebanyak 565 tangki air bersih. Hambatan terutama karena jarak sumber mata air terdekat berjarak jauh. Itu terhambat sehingga tidak bisa bergerak cepat. Kami cek dulu dengan dinas kesehatan," kata Kusworo di Banyumas, Senin (10/9/2018).

Menurutnya, beberapa tahun terakhir ini mata air semakin jarang ditemukan. Kusworo menduga kerusakan lingkungan dan berkurangnya daerah resapan menyebabkan mata air mengecil, atau bahkan hilang sama sekali.

Baca juga:

    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/08-2018/krisis_air_meluas__situbondo_berlakukan_siaga_darurat_kekeringan/96888.html">Krisis Air Meluas, Situbondo Berlakukan Siaga Darurat Kekeringan</a><br>
    
    <li><b><a href="http://kbr.id/berita/08-2018/kekeringan__warga_jombang_keluhkan_kekurangan_pasokan_air/96865.html">Kekeringan, Ini Keluhan Warga Jombang</a>&nbsp;</b><br>
    

Kata dia, salah satu penyebab adalah alih fungsi lahan yang tadinya kayu menjadi komoditas pertanian musiman. Penyebab lain, masifnya pembangunan perumahan dan infrastruktur yang mengandalkan bahan bangunan beton, cor dan, aspal.

"Selain disebabkan karena kerusakan lingkungan juga karena penutupan pori-pori bumi semakin luar biasa. Plesterisasi, pengaspalan, bahkan drainase, yang dulunya dibiarkan meresap sekarang kan ditutup semua. Mungkin berkurangnya resapan," terang Kusworo lagi.

Ia menambahkan, penurunan debit atau matinya mata air di Banyumas juga disebabkan kian menurunnya kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan. Salah satunya, pembangunan di kawasan resapan yang lambat lain kini menjadi kompleks perumahan.

Sejauh ini, kata dia, ada 28 desa di tujuh kecamatan yang mengalami krisis air bersih. Lokasinya tersebar mulai Banyumas ujung timur perbatasan dengan Kebumen hingga sisi barat dan utara yang berbatasan dengan Kabupaten Brebes dan Cilacap.

Ia pun memperkirakan, pada September atau sekitar awal Oktober, daerah terdampak kekeringan bakal meluas hingga tiba musim penghujan antara pertengahan Oktober hingga November 2018. Pada kemarau 2018 ini, BPBD Banyumas menyiapkan sekitar 1.000 tangki bantuan air bersih untuk daerah terdampak.

Baca juga:




Editor: Nurika Manan

  • krisis air
  • kekeringan
  • air bersih
  • BPBD Banyumas
  • Banyumas

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!