RUANG PUBLIK

Hari Habitat Dunia 2017

Hari Habitat Dunia 2017

tahukah Anda bahwa setiap Hari Senin Pertama di Bulan Oktober merupakan Hari Habitat Dunia? Hari Habitat Dunia atau HDD diperingati untuk mengingatkan dunia akan pentingnya pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak huni untuk semua lapisan masyarakat, dan meningkatkan tanggung jawab bersama untuk masa depan habitat manusia yang lebih baik. Banyak negara-negara yang memiliki masalah dan kurangnya perumahan yang layak huni. Tahun lalu telah diselenggarakan Konferensi Habitat III di Quito, Ecuador pada 17 – 20 Oktober 2017 bertujuan untuk memastikan komitmen bersama menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dengan menghasilkan Agenda Baru Perkotaan atau The New Urban Agenda yang akan digunakan sebagai acuan pembangunan perumahan dan perkotaan untuk 20 tahun ke depan. Pemerintah melalui Kementerian PUPR telah melakukan berbagai aksi nyata untuk mengurangi rumah tidak layak huni dan meningkatkan kualitas lingkungan diantaranya melalui gerakan 100,0,100, yakni 100% akses air minum aman, 0% kawasan kumuh perkotaan dan 100% akses sanitasi yang ditargetkan tercapai pada tahun 2019.  Penasaran seperti apa pekerjaan yang digeluti Kementerian PUPR untuk mewujudkannya?

Simak perbincangannya hanya di Ruang Publik KBR pada 12 September 2017 pukul 09.00-10.00 WIB.

Dengarkan di radio jaringan KBR, bagi Anda yang ada di Jakarta bisa dengarkan di 103.4 DFM Jakarta atau via Youtube Channel, Berita KBR dan website kbr.id atau melalui aplikasi android dan IOS search KBR Radio. Kami juga mengundang Anda yang ingin bertanya atau memberikan komentar. Anda bisa hubungi kami lewat telp di 0800 140 3131. Pertanyaan juga bisa diajukan melalui pesan singkat, whatsapp di 08121188181 atau mention ke @halokbr. 

  • harihabitatdunia
  • pupr
  • kemenpupr
  • hunian
  • hunianlayak
  • pemukiman

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!