RUANG PUBLIK

Di Hong Kong, Kuburan Lebih Mahal dari Tempat Tinggal

"Karena harga kuburan yang selangit, pemerintah Hong Kong mengajak warganya untuk menerapkan “penguburan hijau”, yakni menaburkan abu jenazah di area taman-taman kota."

Di Hong Kong, Kuburan Lebih Mahal dari Tempat Tinggal
Pekuburan St. Michaels, Hong Kong (Foto: Wikimedia Commons/Daniel Case).

Di Hong Kong, lahan untuk orang mati lebih mahal daripada untuk orang hidup. Ini diungkapkan Kwok Hoi Pong, Ketua Asosiasi Bisnis Pemakaman Hong Kong dalam sebuah wawancara dengan TheGuardian.com.

Kwok menyebut, harga sepetak kuburan di Hong Kong berkisar antara 3 – 5 juta dolar Hong Kong atau setara dengan Rp5 miliar – Rp9 miliar. Itu pun sudah sangat sulit didapat karena tanah sudah sangat langka dan area pekuburan sudah sangat padat.

Karena kelangkaan tanah itu sekitar 90% orang yang meninggal di Hong Kong umumnya dikremasi. Tetapi masalah belum juga selesai, karena ruang untuk menyimpan abu jenazah atau kolumbarium juga semakin sempit.

TheGuardian.com mencatat, untuk mendapatkan ceruk penyimpan abu seseorang harus membayar sekitar Rp5 juta dan harus mengantri selama empat tahun.

Mereka yang tidak mau mengantri harus mengeluarkan uang lebih banyak demi mendapat kolumbarium pribadi, yakni sekitar Rp326 juta.

Sebenarnya dengan uang sekitar Rp326 juta orang hidup sudah bisa mendapat lahan seluas 1 kaki persegi di area hunian mewah di Hong Kong. Tapi untuk abu jenazah, uang ratusan juta itu hanya cukup untuk membeli ruang seukuran kotak sepatu saja.


Pemerintah Hong Kong Promosikan “Penguburan Hijau”

Demi mengatasi kelangkaan lahan kuburan, pemerintah Hong Kong mengajak warganya untuk menerapkan “penguburan hijau”, yakni menaburkan abu jenazah di area taman-taman kota.

Sejak satu dekade terakhir pemerintah setempat telah menyiapkan 14 taman khusus untuk abu jenazah yang disebut “remembrance garden”. Mereka bahkan membuat website khusus untuk mempromosikan konsep ini.

"Pemerintah telah mengambil langkah-langkah aktif untuk membawa perubahan bertahap dalam pola pikir dan budaya, dengan harapan bahwa cara penanganan abu manusia yang ramah lingkungan dan berkelanjutan ini akan lebih diterima secara luas," ujar Florence Wong, perwakilan pemerintah Hong Kong, kepada TheGuardian.com.

Namun konsep penguburan ini tak kunjung jadi populer. Menurut Kwok, “penguburan hijau” tidak sejalan dengan budaya Tiongkok yang memuliakan orang mati.

“Sejalan dengan kebiasaan tradisional Tiongkok, kami lebih suka menyimpan abu leluhur kami di ceruk di sebuah kolumbarium. Tempat fisik di mana kita dapat memberikan penghormatan, memberikan persembahan dan menerima berkah. Banyak orang Tiongkok masih sangat konservatif,” jelas Kwok.

(Sumber: www.theguardian.com)

  • Hong Kong
  • kuburan
  • abu jenazah
  • tanah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!