DARI POJOK MENTENG

[Advertorial] Biodiesel Buah Nyamplung Solusi Untuk Energi Indonesia

[Advertorial] Biodiesel Buah Nyamplung Solusi Untuk Energi Indonesia

Mesin transportasi dan industri sudah menjadi bagian dari peradaban manusia saat ini. Namun, 90 persen bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar dari energi fosil. Hal ini juga membebani Indonesia dengan adanya impor dalam skala besar. Bahkan, jika tak ditemukan sumur baru, minyak bumi diprediksi akan habis dalam waktu kurang dari 20 tahun mendatang. Budi Leksono menjelaskan, tidak ada lagi pilihan, lambat laun kita harus berpaling kepada sumber energi yang terbarukan. Banyak sekali riset yang menunjukan bahwa minyak nabati untuk pembuatan biodiesel atau tanaman penghasil karbohidrat untuk produksi bioetanol. Buah nyamplung juga menjadi sebuah harapan untuk produksi biodiesel.

redBuah Nyamplung. Sumber: www.google.com

Tanaman nyamplung belakangan disebut memiliki potensi baik sebagai sumber produksi biodiesel, buah dari biji nyamplung tepatnya. Produktivitas dan rendeman minyak biji nyamplung sangat tinggi, jadi sangat menjanjikan masa depan bioenergi. Produktivitas biji nyamplung mampu mencapai 10-150 kilogram per pohon per tahun atau 20 ton per hektar per tahun. Angka tersebut pun jauh melampaui tanaman lain seperti jarak pagar yang hanya dapat meraih 5 ton per hektar per tahun atau sawit yang mencapai 6 ton per hektar per tahun.


Di Indonesia, tanaman nyamplung bisa ditemui di semua pulau utama, terutama di daerah marjinal atau miskin hara dan tepi pantai dengan ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut sebagai tanaman liar. Buah nyamplung dengan rendeman tinggu dapat ditemukan di Gunung Kidul, Yogyakarta. Hasil rendemannya dapat mencapai 58 persen, lebih tinggi daripada dari buah jarak yang sudah dikenal sebagai sumber biodiesel dari masa penjajahan Belanda. Menurut Budi Leksono, peneliti nyamplung dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta, jika dimanfaatkan untuk mesin, minyak biodiesel bisa dicampur dengan solar, bahkan digunakan murni tanpa campuran.


red


Prof. Dr. Ir. Budi Leksono (memegang corong) dengan Kabadan Litbang dan Inovasi (BLI), Dr. Henry Bastaman melakukan uji coba biodiesel nyamplung pada kendaraan


Dengan berbagai potensi yang didapatkan dari tanaman nyamplung sebagai sumber biodiesel, masih ditemukan kendala. Kendala yang muncul adalah masalah harga yang belum ekonomis untuk dipergunakan secara massal. Untuk 1 liter biodiesel nyamplung, harga bahan kimianya menelan biaya Rp10.350, harga tersebut masih harus ditambah bahan baku dan biaya produksi, yang pada akhirnya 1 liter biodiesel harus ditebus dengan Rp20.000. Harga tersebut terlampau jauh, bahkan dari solar Pertamina Dex yang dibanderol Rp13.000-an per liternya. Namun, hal ini harus segera dicarikan solusinya, karena mau tidak mau, saat bahan bakar fosil tidak dapat diandalkan lagi, biodiesel akan sangat dibutuhkan. Budi Leksono sangat berharap, ke depannya biodiesel nyamplung akan menjadi solusi energi bagi Indonesia, bahkan hingga ke limbah produksi pun tidak ada yang terbuang, semua dapat dimanfaatkan dari buah nyamplung ini.


Editor: Paul M Nuh

  • KLHK

Komentar (3)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Ashhabul Yamin6 years ago

    Apakah ada kontak milik bapak prof Budi Leksono. Terima kasih

  • Habib6 years ago

    Pak, kalau beli biodieselnya bisa nggk? Kalau bisa beli di mna?

  • Shinta Dewi3 years ago

    Pak, apakah produksi biodiesel tersebut telah diterapkan pada skala industri (kecil, menengah, besar)? Jika sudah, apakah industri biodiesel tersebut masih beroperasi hingga saat ini? Mohon infonya Pak, terimakasih