RUANG PUBLIK

Autoimun, Penyakit Apa Ini?

Dr. dr. Sukamto Koesno SpPD-KAI Spesialis Penyakit Dalam RSCM. (Foto: KBR)

KBR, Jakarta – Pernah mendengar Autoimun? Penyakit apakah ini? Menurut Dr. dr. Sukamto Koesno SpPD-KAI Spesialis Penyakit Dalam RSCM, autoimun adalah suatu keadaan dimana respon imun atau kekebalan tubuh seseorang menyerang bagian dari tubuhnya sendiri. Penyakit ini tidak menular, karena bukan penyakit infeksi.

“Secara normal, kekebalan tubuh akan menyerang sesuatu atau benda asing yang masuk kedalam tubuh. Nah, pada autoimun, bagian dari tubuh itu sendiri dianggap benda asing atau anti gen, sehingga menjadi sakit,” ujar Sukamto saat berbincang di Ruang Publik KBR, Senin (7/1/2019).

Salah satu penyakit yang disebabkan oleh penyakit autoimun adalah, Glomerulonephritis atau peradangan  ginjal.

“Penyebabnya, tubuh membentuk kekebalan yang menyerang Glomerulus atau ginjal sehingga ginjalnya menjadi radang. Kemudian terjadi kebocoran dan protein akan keluar dan lambat laun fungsi ginjalnya akan menurun,” jelasnya.

Selain Glomerulonephritis, penyakit Systemic Lupus Erthematosus (SLE) atau lupus juga disebabkan oleh autoimun. Ini terjadi ketika tubuh menghasilkan kekebalan yang menyerang berbagai macam bagian tubuh. Serangan yang dialami setiap penyakit lupus pun berbeda.

Menurut Sukamto, jika lupus menyerangi pembuluh darah, maka akan menyebabkan kerusakan. Jika menyerang pembuluh darah di rambut, maka akan menyebabkan kerontokan rambut, apabila menyerang kulit akan menyebabkan radang kemerahan pada pipi atau ruam merah. Jika menyerang  sendi, maka sendi akan mengalami peradangan. Jika menyerang usus, dapat menyebabkan diare selama berbulan-bulan, karena usus yang meradang

“Bisa juga menyerang jantung. Yang seharusnya jantung tidak terdapat cairan berlebih pada perikardium (lapisan yang ada pelumasnya agar jantung bisa bergerak secara normal) lalu menghasilkan cairan berlebih sehingga jantung tidak bekerja secara optimal. Yang lain lagi bisa terjadi pada paru-paru, yang bisa mengalami radang atau menghasilkan cairan diantara lapisan paru sehingga bisa menyebabkan sesak,” paparnya. 

Beberapa faktor diduga dapat menyebabkan munculnya autoimun. Salah satunya bakat atau riwayat reluarga yang mempunyai penyakit autoimun, perempuan pada usia muda dan subur, stres secara fisik atau psikis, paparan terhadap polutan atau radikal bebas. Selain itu, bisa juga dari makanan yang mengandung pengawet dan pewarna. 

“Gejala yang umum sebetulnya adalah kelelahan, jadi rasanya tuh gampang capek atau lelah kemudian disertai dengan gejala-gejala tadi,” jelasnya.

Tetapi tidak dipungkiri, gejala autoimun ini juga memiliki kemiripan dengan penyakit lain yang bukan disebabkan oleh autoimun. 

“Misalnya, karena salah satu gejala lupus adalah demam, maka sering dianggap tifus yang mempunyai gejala yang sama. Atau jika ada cairan di paru karena lupus, dianggap mirip TBC,” paparnya.

Jadi, untuk mengantisipasi kesalahan diagnosa, membutuhkan kerja sama antara dokter dan pasien. Maka dari itu, Sukamto menyarankan kepada pasien untuk mencatat keluhan-keluhan dan gejala yang dirasakan sebelum datang ke dokter. 

Autoimun dapat dideteksi dini. Misalnya, jika di dalam keluarga ada yang menderita autoimun atau lupus, jadi kita bisa tahu bagaimana gejala dan cara mengantisipasinya. Meski begitu, kata Sukamto, itu tak bearti membuat autoimun sembuh total, karena autoimun hanya bisa diremisi atau dijadikan tenang. 

“Mencegah autoimun bisa dicegah dengan dengan bergaya hidup sehat, manajemen stres, tidak mengonsumsi berbagai macam makanan dan minuman yang berbahaya dan mengetahui gejala dini,” sarannya.

 

  • Autoimun

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!