RUANG PUBLIK

Energi Terbarukan Kian Seksi di Mata Investor

Energi Terbarukan Kian Seksi di Mata Investor

Pada 2019 ini investasi di sektor energi terbarukan (renewable energy) tumbuh semakin tinggi dibanding tahun lalu, demikian laporan dari Wall Street Journal (WSJ).

Jika di tahun 2018 investasi renewable energy di bursa Amerika Serikat bernilai sekitar $ 16 miliar, maka di tahun 2019 ini jumlahnya sudah naik hingga mencapai $ 18 miliar atau setara Rp 251 triliun.

Uniknya, investasi ini juga dilakukan oleh perusahaan bir dan kasino Las Vegas seperti Budweiser dan MGM Resort International.


Energi Terbarukan Baik Untuk Bisnis

WSJ memperkirakan sepanjang 2019 investasi renewable energy akan terus tumbuh dan berlipat ganda karena beberapa alasan.

Pertama, akan ada semakin banyak negara yang mengadopsi kebijakan perubahan iklim. Dengan demikian, negara-negara tersebut akan memberlakukan keringanan pajak untuk perusahaan pengguna energi terbarukan.

Kedua, ada semakin banyak masyarakat yang peduli terhadap isu ini. WSJ melaporkan para pengunjung Las Vegas mulai sering menuntut agar hotel-hotel di sana menerapkan “green policy”, seperti membatasi emisi karbon, mendaur ulang limbah secara ramah lingkungan dan lain sebagainya.

Dan terakhir, menurut WSJ energi terbarukan juga lebih murah dan mampu memberi keuntungan lebih bagi perusahaan.

MGM Resort International menyebut pembangkit listrik tenaga surya bisa memberi daya sebesar 1 megawatt per jam dengan biaya sekitar Rp400.000. Daya itu cukup untuk menghidupkan 13 kasino mereka.

Ongkos ini sekitar Rp1,9 juta lebih murah ketimbang menggunakan energi fosil.

Di samping membantu menghemat biaya listrik, teknologi tenaga surya juga membuat perusahaan bisa mendapat keringanan pajak.

Dalam wawancara dengan WSJ, Cindy Ortega selaku perwakilan dari MGM Resort berkomentar, “Menjadi ‘hijau’ itu baik untuk bisnis,” ujarnya.


Antisipasi Perubahan Iklim 

Menurut lansiran Fortune.com, peningkatan tren investasi global di sektor renewable energy juga dipicu oleh laporan terbaru United Nations Environment Programme (UNEP) tentang perubahan iklim.

Akhir 2018 lalu UNEP menerbitkan ikhtisar berjudul Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC).

Di samping memuat rangkuman dari sekitar 6.000 penelitian ilmiah soal iklim, IPCC juga memberi panduan bagi negara-negara untuk menyusun kebijakan terkait antisipasi pemanasan global.

UNEP mendorong negara-negara untuk bersama-sama mengurangi emisi karbon dan membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celsius saja.

Pasalnya, jika suhu bumi naik sampai 2 derajat Celsius, kerusakan yang terjadi akan sangat besar.

Menurut laporan yang dirangkum UNEP, kenaikan suhu bumi sebesar 2 derajat akan membuat terumbu karang musnah, gelombang panas ekstrem di berbagai belahan dunia, serta mengakibatkan gagal panen dan bencana kelaparan global.

Karena itu, UNEP menekankan agar negara-negara mulai mengambil langkah serius dalam mengurangi emisi karbon.

Negara juga dianjurkan berinvestasi pada energi terbarukan, serta mengembangkan pertanian untuk produksi energy crops, yakni tumbuh-tumbuhan yang mampu menghasilkan bioenergi seperti kelapa sawit, kopra, tebu, kemiri, dan lain sebagainya.

(Sumber: Intergovernmental Panel on Climate Change, 2018; dan berbagai sumber)

 

  • energi terbarukan
  • pemanasan global
  • perubahan iklim

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!