RUANG PUBLIK

Sering Makan Ikan Asin Picu Kanker Nasofaring?

Sering Makan Ikan Asin Picu Kanker Nasofaring?

Salah satu kanker  yang rentan terjadi pada orang dewasa dan juga anak-anak adalah kanker nasofaring. Menurut penjelasan Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, kanker nasofaring adalah kanker yang menyerang bagian belakang langit-langit mulut atau di hulu kerongkongan yang berhubungan dengan hidung.

Gejala penyakit ini dapat berupa ingus bercampur darah, pilek dan air ludah kental, hidung tersumbat, mimisan berulang, tuli sebelah, telinga berdengung, serta nyeri telinga.

Dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Leher (1993), disebutkan bahwa kanker nasofaring hampir bisa dipastikan berasal dari sejenis virus yang disebut virus Epstein-Barr.

Namun, di samping virus ada juga sejumlah faktor lain yang berpotensi memudahkan pertumbuhan kanker ini. Mari kita lihat satu-persatu.


Kanker Nasofaring Dipicu Kebiasaan Makan Ikan Asin

Kebiasaan terkait cara memasak, penggunaan bumbu masak, serta pemilihan bahan makanan bisa mempengaruhi tumbuhnya tumor ganas ini.

Ada sebuah penelitian yang menunjukkan hubungan antara kanker nasofaring dengan kebiasaan memakan makanan berkadar garam tinggi seperti ikan asin.

Makanan bergaram tinggi bisa menurunkan keasaman lambung, sehingga bisa mengubah nitrat pada makanan menjadi nitrit dan nitrosamin yang memicu kanker. Karena itu, sejumlah ahli berpendapat bahwa kebiasaan mengonsumsi ikan asin sejak masa kanak-kanak bisa meningkatkan risiko terkena kanker sampai 7 kali lebih tinggi.

Senyawa organik pemicu kanker juga bisa disebabkan karena kurangnya asupan vitamin C, kurangnya vitamin A, serta kebiasaan mengonsumsi makanan awetan.


Kanker Nasofaring Dipengaruhi Asap Kayu Bakar

Asap dari kegiatan memasak menggunakan kayu bakar bisa menyebarkan partikel-partikel tak kasat mata yang berukuran 5 - 10 mikrometer. Partikel ini dapat terhirup dan tersangkut di belakang langit-langit mulut.

Jika partikel ini tidak berhasil dibersihkan, maka partikel ini akan menetap lebih lama di daerah nasofaring dan dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.


Kanker Nasofaring Terkait Faktor Ras dan Genetik

Kanker nasofaring ditemukan banyak terjadi pada ras Mongoloid, terutama masyarakat yang hidup di Cina bagian selatan. Tumor ganas seperti ini juga umum ditemukan dalam satu garis keturunan.


Kanker Nasofaring Terkait Faktor Sosial-Ekonomi

Faktor sosial-ekonomi bisa menentukan keadaan gizi, kesehatan tubuh, dan tingkat paparan polusi yang terjadi pada seseorang. Karena itu, secara tidak langsung faktor sosial-ekonomi bisa mempengaruhi pertumbuhan sel kanker.


Kanker Nasofaring dan Letak Geografis

Letak geografis berperan besar dalam membentuk cara hidup manusia. Karena itu, secara tidak langsung letak geografis juga bisa memicu pertumbuhan sel kanker.

Hal ini bisa dilihat dalam kasus masyarakat Eskimo. Kondisi alam kutub yang dingin dan keras membuat masyarakat Eskimo sulit mendapat bahan makanan. Karena itu mereka terbiasa mengawetkan berbagai bahan makanan seperti daging ternak dan ikan.

Dan ternyata, dengan cara hidup demikian, sejumlah peneliti menemukan ada banyak masyarakat Eskimo yang terkena kanker nasofaring.


Kanker Nasofaring dan Gender

Berdasarkan penjelasan Soepardi dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorokan dan Leher (1993), kanker nasofaring lebih sering ditemukan pada laki-laki dibanding perempuan.

Memang belum ada studi yang bisa memastikan bagaimana hubungan antara kanker nasofaring dengan gender. Namun, sejumlah ahli memperkirakan hal ini terjadi karena jumlah laki-laki perokok lebih banyak dari perempuan.

Laki-laki yang bekerja di industri kimia dan sering menghirup uap kimia juga berjumlah lebih banyak dari perempuan. Karena itu mereka diperkirakan memiliki risiko terkena kanker yang lebih besar.

(Dari berbagai sumber)

 

  • kanker
  • kanker nasofaring
  • ikan asin
  • kesehatan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!