RUANG PUBLIK

Perjuangan Membuka Jendela Dunia Anak-anak Daerah Terpencil

"Book For Mountain mencoba untuk membuka jendela itu bagi anak-anak di daerah terpencil dengan mendistribusikan buku dan membantu membangun perpustakaan. "

Nurhayati

Foto: Book for Mountain
Foto: Book for Mountain

KBR, Jakarta – Buku adalah Jendela Dunia. Ungkapan ini masih relevan di tempat-tempat yang masih minim fasilitas, seperti internet, listrik bahkan kendaraan, tak terkecuali buku. Tapi Book For Mountain mencoba untuk membuka jendela itu bagi anak-anak di daerah terpencil dengan mendistribusikan buku dan membantu membangun perpustakaan. 

Atin Saraswati, Divisi Humas Book for Mountain (BfM), bercerita awal berdirinya BfM dimulai dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang diselenggarakan oleh UGM pada 2010 lalu. “Dulu kita ke Rinjani ya, dulu waktu KKN, kita udah menyiapkan banyak program, tapi ternyata kebutuhan adik-adik yang di daerah sangat simpel sekali, mereka sangat membutuhkan buku,” kisahnya. 

Mereka pun mengumpulkan buku untuk anak-anak di sana dan kegiatan ini terus berjalan hingga kini. Atin mengatakan daerah yang menjadi tujuan pengiriman buku BfM tidak hanya daerah pegunungan saja. “Jadi dalam delapan tahun ini, kita punya banyak proyek di pelosok, yang kita fokuskan ke daerah-daerah yang minim akses pendidikan, akses buku dan lain-lain,” jelas Atin saat berbicara di Talkshow Ruang Publik KBR Selasa (15/1).

Book For Mountain menyeleksi buku-buku yang mereka terima sebelum diteruskan ke anak-anak di daerah. “Kami menerima semua niat baik semua orang untuk menyumbangkan buku, tapi kita juga paham bahwa kebutuhan anak-anak di daerah juga harus dipertimbangkan,” kata Atin. Menurutnya beberapa jenis buku yang diterima oleh BfM adalah ensiklopedia, buku keterampilan, cerita anak, percobaan ilmiah, buku tanaman dan atlas.

Hingga saat ini sudah 40 perpustakaan yang didirikan oleh BfM, terletak di Sumatera hingga Papua. Perpustakaan ini didirikan BfM dengan mengandeng warga sekitar dan juga berkolaborasi dengan komunitas-komunitas lain. Karena menurtu Atin, tidak mungkin berdiri sebuah perpustakaan tanpa ada pengurus yang selanjutnya.

Selain menyalurkan buku dan mendirikan perpustakaan di daerah-daerah pelosok, BfM juga memiliki kegiatan lain seperti pembuatan buku. “Jadi kita tidak cuma membawa buku ke daerah, tapi kita juga mulai mendesain buku yang sekiranya cocok untuk anak-anak di pelosok,” ungkap Atin.

Atin menjelaskan buku tersebut dibuat karena buku-buku yang mereka kirim ke daerah seringkali tidak sesuai dengan kondisi anak-anak di sana.

Proyek pembuatan buku yang dimulai pada 2017 ini,  telah menghasilkan empat buku, Yori dan Tunas Kemiri, Yori dan Pupuk Alami, Yori dan Ulat Kantong, dan Petualangan Super Kemiri. Di buku pertama,Yori belajar mengenali lingkungan sekitarnya dengan mengembangkan rasa ingin tahunya. Di buku kedua dan ketiga, Yori belajar tentang kerja sama dan menjadi pendengar yang baik.


Dia juga belajar mengubah pola pikir dalam melihat sesuatu seperti mengubah sampah menjadi barang yang lebih bermanfaat. Sedangkan di buku keempat, Yori belajar memahami mekanisme kerja proses dan hasil.


Atin mengaku tidak mudah mengenalkan buku ke anak-anak di tengah perkembangan pesat teknologi terutama gawai. Anak-anak cenderung lebih memilih memainkan gawai ketimbang membaca buku. Maka dari itu kata Atin, selain mendirikan perpustakaan, BfM juga mengajak anak-anak mengikuti Sekolah Berjalan. Di sekolah ini proses belajar mengajar dikemas lebih menarik dan menyenangkan, dan tidak selalu berlangsung di dalam ruangan. 

Bagi Anda yang ingin menyumbangkan buku, informasi lengkapnya bisa dilihat di sini.

 

  • Book For Mountain
  • Perpustakaan daerah terpencil
  • Buku

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!