RUANG PUBLIK

Mengenal dan Mencegah Pneumonia Pada Anak

"Perilaku orangtua dan kondisi lingkungan yang tidak sehat membuat penyakit pneumonia pada balita di Indonesia masih menjadi ancaman."

Foto: KBR
Foto: KBR

KBR, Jakarta – Perilaku orangtua dan kondisi lingkungan yang tidak sehat membuat penyakit pneumonia pada balita di Indonesia masih menjadi ancaman. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, Kementerian Kesehatan RI, pneumonia menjadi penyebab kematian kedua pada anak di bawah usia lima tahun di Indonesia.

Perilaku yang dimaksud adalah kesadaran orangtua untuk memeriksakan anaknya sejak dini ke dokter bila menemukan gejala-gejala seperti batuk dan pilek. ”Gejala-gejala awal pneumonia kebanyakan diawali dengan batuk, pilek dan demam. Ini disebabkan karena virus itu masuk dari saluran pernafasan kemudian berkembang menjadi sesak apabila tidak di tangani dengan baik,” papar Dokter Madeleine Ramdhani Jasin dari Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Maka menyadari gejala penyakit pneumonia atau yang masyarakat kenal dengan radang paru, sejak awal merupakan hal yang utama. “Jadi, mendeteksi saat dini itu sangat penting. Ketika sudah mengalami gejala-gejala tersebut harus segera dibawa ke rumah sakit karena dampaknya akan fatal yaitu kematian,” tutur dokter Madeleine saat berbicara dalam Talkshow Ruang Publik KBR di Restoran Cafe Cikini 5, Menteng, Jakarta Pusat Kamis (13/12) lalu. 

Deteksi dini ini pulalah yang telah menyelamatkan nyawa putri dari Ibu Yati bernama Witri yang kini berumur 9 bulan. Saat usia putrinya baru tiga bulan, Witri menunjukkan gejala-gejala pneumonia seperti batuk yang lama-kelamaan disertai sesak selama seminggu hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit. 

Pneumonia dapat dicegah dengan meningkatkan Awareness atau kesadaran, seperti  yang dikembangkan oleh Yayasan Sayangi Tunas Cilik. Yayasan ini bekerja sama dengan pemerintah, LSM dan para mitra, mengembangkan strategi dan rencana kampanye perubahan perilaku baik secara nasional maupun sub-nasional. “Jadi strategi ini mengacu pada tiga hal yaitu perlindungan (Protect), pencegahan (Prevent) dan perawatan (Treat),” ungkap Selina Patta Sumbung, Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik Partner of Save The Children.

Selina menjelaskan, kesadaran ini tujuannya untuk mengingatkan setiap orang, bahwa pneumonia yang dibiarkan justru akan berdampak fatal sehingga harus cepat ditangani. Dan itu bisa dimulai dengan pencegahan. “Sebagai pencegahan, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan memberikan tambahan makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak itu sangat penting,” tutur Selina. Selain itu kata dia pemberian imunisasi lengkap terhadap balita juga termasuk langkah pencegahan.

Selain perilaku, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap pencegahan pneunomia. Ini termasuk lingkungan yang asri, penggunaan air bersih saat memandikan anak, menyiapkan makanan dan minuman si anak, dan selalu mencuci tangan ibu hingga bersih.

Dokter Madeleine mengingatkan penyakit radang paru ini bisa diderita oleh berbagai kalangan usia bukan hanya balita. “Jadi pneumonia itu bisa mengenai orang dari usia berapa saja. Mulai dari bayi berusia satu bulan hingga orang dewasa,” ujarnya. 

Pneumonia adalah penyakit yang menular, kata dokter Madeleine. “Misalnya ada orang yang batuk, pilek, atau bersin dan di dalamnya mengandung virus atau bakteri, lalu menyebar dan terhirup oleh anak kecil yang daya tahan tubuhnya tidak bagus, bisa menyebabkan sakit,” jelasnya.

Jadi agar terhindar dari penyakit pneumonia, ini himbauan Ketua Yayasan Sayangi Tunas Cilik Partner of Save The Children. “Menghimbau kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan air yang akan dipakai anak nantinya, mencuci tangan hingga bersih, tidak merokok terutama di dalam rumah dan menciptakan lingkungan yang asri,” pungkas Selina.

Editor: Vitri Angreni 

  • pneumonia
  • Yayasan Sayangi Tunas Cilik
  • Kesehatan Masyakat
  • Nurhayati

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!