BERITA

300 Balita Bondowoso Kena Gizi Buruk

300 Balita Bondowoso Kena Gizi Buruk

KBR, Bondowoso – Angka gizi buruk pada anak dan balita di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, masih cukup tinggi. Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso mencatat hingga akhir 2017 lalu tercatat ada 308 balita mengalami gizi buruk.

Jumlah itu bahkan lebih tinggi dari kasus gizi buruk di Bondowoso sepanjang 2013 yang hanya 226 kasus, maupun pada 2015 yang berjumlah 215 kasus. 

Juru bicara Dinas Kesehatan Bondowoso, Sugiyanto mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan angka gizi buruk di Bondowoso masih tinggi. Di antaranya faktor ekonomi, penyakit dan pola asuh orang tua yang salah.

"Kalau berat badan anak ditimbang selama tiga bulan berturut-turut tidak baik atau bahkan turun, harus segera ditangani. Angkanya mencapai 308 balita sampai 2017 lalu. Salah satu caranya kita beri makanan tambahan selama tiga bulan berturut–turut," kata Sugiyanto kepada KBR, Kamis (25/1/2018).

Baca juga:

Layanan Makanan Tambahan Gratis

Sugiyanto mengatakan Dinas Kesehatan terus melakukan upaya menekan angka gizi buruk dan gizi kurang di Bondowoso. Di anaranya melalui kegiatan pembinaan hingga Pemberian Makanan Tambahan (PMT). 

Selain itu, Dinas Kesehatan juga membuka Training Food Centre (TFC) yang merupakan klinik gizi buruk di Puskesmas.

"TFC itu ada di empat titik yaitu Puskesmas Grujugan, Pujer, Prajekan dan Cermee. Di sana penderita gizi buruk didampingi petugas gizi untuk pemulihan gizi anak, dan itu gratis," kata Sugiyanto.

Di klinik TFC, balita gizi buruk dirawat didampingi orang tua selama tiga bulan. Selama itu orang tua mendapat pendampingan dari petugas gizi tentang bagaimana menangani anak gizi buruk, seperti menyiapkan makanan, perawatan, pemberian asupan gizi hingga perawatan pada balita.

"Itu gratis dan pasien tidak dipungut biaya apa pun. Dan hampir semua pasien yang datang ke TFC selalu pulang dalam kondisi status gizi baik," kata Sugiyanto. 

Sejak 2012, klinik Training Food Centre (TFC) di Puskesmas Grujugan menangani 36 balita gizi buruk. Namun, penanganan model ini tidak mendapat dukungan ketersediaan anggaran untuk penuntasan gizi buruk. 

Dinas Kesehatan tidak mendapat anggaran khusus dari APBD untuk penanganan gizi buruk di Bondowoso.

"Untuk kasus gizi buruk dan kurang gizi tidak ada anggaran khusus. Saat ini sudah dianggarkan di setiap desa dengan Dana Desa (DD) atau Alokasi Dana Desa (ADD)," kata Sugiyanto.

Selain gizi buruk, Bondowoso juga masih dibayangi banyaknya balita yang mengalami gizi kurang hingga kasus stunting (pertumbuhan badan anak terganggu). 

Pada 2016 silam, angka balita yang mengalami kurang gizi mencapai 2.000 lebih. Sementara berdasar hasil Pemantauan Status Gizi 2017, angka stunting di Bondowoso mencapai 16,47 persen dari total 170 batita (bayi di bawah tiga tahun).

Di Indonesia, pemerintah menetapkan setiap 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. 

Editor: Agus Luqman 

  • gizi buruk
  • gizi buruk Bondowoso
  • Hari Gizi Nasional
  • stunting

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!