RAGAM

Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng untuk Atasi Pernikahan Dini dan Stunting

"Hasto: Setiap seribu perempuan yang menikah ada 20 perempuan yang telah melahirkan dan hamil di usia 15 sampai 19 tahun"

Paul M Nuh

Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng untuk Atasi Pernikahan Dini dan Stunting
Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) bersama Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo berbincang-bincang dengan warga

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) membuat program Pendampingan Konseling dan Pemeriksaan Kesehatan bagi pasangan calon yang akan menikah. Tujuan dari program ini adalah dalam rangka menekan laju stunting.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melalui virtual meluncurkan program ini di Pendopo Gede, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu, 29 Desember 2021.

Setiap tahun angka pernikahan yang dilaporkan dan tercatat mencapai angka 2 juta. Untuk Wilayah Jawa Tengah angka stunting bisa ditekan hingga 20 persen. Sementara itu angka stunting Nasional 400 ribu kasus pertahunya.

Launching Aplikasi elsimil ini dihadiri Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Kepala Kantor Kemenag Provinsi bersama Bupati, Wakil Bupati Boyolali. Menteri Koordinator Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan (Menko PMK), Menteri Kesehatan (Menkes) dan Wakil Kemenang RI hadir secara daring di launching tersebut.

Usai launching aplikasi itu dilanjut dengan melihat langsung proses pemeriksaan kesehatan calon pengantin di Pendopo Ageng, Boyolali.

Terkait kasus pernikahan usia dini, Hasto mengatakan, BKKBN tahun 2021 ini mengukur mengolah data serta mengunjungi 68 juta keluarga. Dari data itu BKKBN mengukur yang umur 15 sampai 19 tahun itu sudah hamil dan sudah melahirkan. Sehingga terjawab, kasus pernikahan dini perbandingannya 20 per seribu, angka ini untuk seluruh Indonesia.

Jadi setiap seribu perempuan yang menikah ada 20 perempuan yang telah melahirkan dan hamil di usia 15 sampai 19 tahun. " Angka 20 puluh ini harus diturunkan terus. Target kami bisa dibawah Sepuluh." Kata Hasto.

Sementara itu Provinsi Jawa Tengah mampu menekan kasus stanting hingga 20 persen. Bila dibanding tiga provinsi besar di wilayah Indonesia, Jawa Tengah Paling rendah angka stuntingnya. Khusus wilayah Boyolali angka stuntingnya hanya 10 persen. Maka dari itu Jateng diproyeksikan menjadi percontohan nasional, karena angka stunting nasional mecapai 27,76 persen dan tahun 2024 diharapkan turun menjadi 14 persen.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan, untuk menekan angka pernikahan dini dan stunting, Provinsi Jawa Tengah bikin program Jateng Gayeng Nginceng Wong Meteng. Tujuannya, memberikan edukasi untuk menekan angka pernikahan dini dan stunting. Juga dilakukan Intervensi pada calon pengantin, baik dalam pendampingan pemenuhan gizi maupun psikologis.

Muhajir Effendy Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) mengatakan, prioritas nasional adalah membangun keluarga yang tangguh, serta menyiapkan generasi unggul, yang sehat jasmani dan rohaninya. Untuk itu harus intervensi langsung dari hulunya, yaitu keluarga.

Masalah urgen yang harus ditangani adalah stunting. Maka perlu pemberian pemahaman yang cukup pada calon pengantin, calon ibu dan ayah. Tak hanya memahami seluk beluk keabsahan perkawinan secara agama, tapi juga kesehatan reproduksi.


Baca juga: Kepala BKKBN Ingatkan Kembali, Hamil Harus Terencana

  • adv
  • bkkbn
  • stunting
  • pernikahan dini

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!