NASIONAL

Ganggu Penanganan Pandemi, Ribuan Hoaks Terus Terjadi Selama 2021

Ganggu Penanganan Pandemi, Ribuan Hoaks Terus Terjadi Selama 2021

KBR, Jakarta - Sejak pandemi COVID-19 masuk ke Indonesia pada Maret tahun lalu, ribuan berita bohong atau hoaks beredar mengganggu masyarakat. 

Yang terbaru adalah hoaks mengenai munculnya virus korona varian Delmicron, yang diklaim sangat mematikan. Epidemiolog asal Grifith Australia Dicky Budiman mengatakan varian tersebut hanya asumsi segelintir orang.

"Itu hoaks ya dan harus hati-hati. Terutama kalau media dari India, sebagian juga dari Cina, harus diklarifikasi. Karena Delmikron itu lahir dari konspirasi atau teori yang menghubungkan, mengkait-kaitkan antara Delta dan Omicron. Tapi kalau bicara varian baru itu kita bisa pantau di display dan semua bisa mengakses itu. Tidak ada saat ini yang kasus perkawinan dua itu, rekombinan dari 2 varian itu. Yang ada itu rekombinan yang ada di Brazil antara varian Gamma dengan turunan atau varian dari Delta ada itu," ujar Dicky kepada KBR, Minggu (26/12/2021).

Baca juga:

Selain kabar bohong varian Delmicron, isu negatif tentang vaksin COVID-19 untuk anak juga muncul di tengah gencarnya pemerintah memberikan imunisasi jelang pembelajaran tatap muka, Januari mendatang.

Beredarnya video yang menyebut bahwa anak usia 6 hingga 11 tahun dijadikan kelinci percobaan membuat para guru kesulitan membujuk orang tua siswa untuk tetap mengikuti program vaksinasi.

Ini dialami Muthia, seorang guru sekolah dasar (di Jakarta?). Ia mengeluh sulit membujuk para wali, setelah hoaks itu menyebar.

"Terus sudah sosialisasi juga ke orang tua. Awalnya orang tua juga takut. Maksudnya ngasih vaksinasi ke anaknya tapi mereka tuh La hawla wala aja dan juga kan ada beberapa SOP juga sebelum anak mereka divaksin gitu," ujar Mutia.

Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menegaskan video itu hoaks dan tidak bisa dipertanggung jawabkan. Juru bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat tidak mudah percaya dengan segala bentuk berita negatif terkait vaksinasi.

"Adapun video yang beredar yang menyatakan vaksinasi menjadikan anak-anak sebagai kelinci percobaan adalah hoaks yang sangat tidak bertanggung jawab. Untuk menjawab hal tersebut, harap masyarakat mencermati fakta-fakta berikut ini; pertama, vaksin jenis sinovac di Cina ataupun Coronavac yang diolah oleh Biofarma telah mendapat persetujuan penggunaan pada masa darurat atau emergency use authorisation serta penerbitan nomor izin edar NIE dari Badan POM," ujar Wiku.

Baca juga:

Jumlah hoaks yang beredar di masyarakat terus bertambah selama setahun ke belakang. Data di Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebut ada 5 ribu lebih berita hoaks yang beredar dan mempengaruhi sikap masyarakat dalam menghadapi pandemi. 

Juru bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi mengatakan hoaks paling banyak beredar di media sosial Facebook.

"Menurut data yang dicatat Kementerian kominfo sejak Januari 2020 sampai 23 Desember 2021 penemuan hoax dan disinformasi di ruang cyber seputar covid 19 masih bertambah pertama untuk isu hoaks covid 19 telah ditemukan 2036 isu pada 5294 unggahan media sosial dengan persebaran terbanyak di Facebook sejumlah 4593 unggahan," jelas Dedy.

Dedy mengatakan Kominfo telah menghapus lebih dari 4 ribu akun media social penyebar hoaks. Sisanya masih dalam proses penutupan secara permanen.

Lebih lanjut ia mengatakan selain Facebook, platform media sosial lain seperti Twitter, Youtube, Instagram, dan Tiktok juga menyumbang berita bohong cukup banyak.

Ia juga mengimbau agar masyarakat bijak ketika mengonsumsi informasi dari media social. Ia mengatakan masyarakat harus selalu melakukan verifikasi berulang dan juga mencari informasi dari sumber terpercaya.

Baca juga:

Editor: Agus Luqman

  • Pandemi COVID-19
  • hoax

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!