NASIONAL

Pandemi Covid-19, Orang dengan Autoimun Tetap Bisa Sehat

""Banyak pasien yang sempat putus berobat, kalau dari survei kita sekitar 13% itu putus berobat dan rata-rata karena mereka tidak berani ke rumah sakit,”"

Elysa Rosalina

relawan autoimun lupus
Ilustrasi

KBR, Jakarta- Menjaga sistem imunitas atau daya tahan tubuh saat ini sangat penting terutama di tengah pandemi Covid-19. Bila daya tahan tubuh pasien berjalan baik bisa melindungi  dari serangan penyakit.

Tapi ada kondisi dimana sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang tubuh sendiri. Akibatnya sel-sel tubuh itu menjadi rusak dan bisa mengenai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan sel darah. Kerusakannya tergantung organ tubuh mana yang diserang. Ini yang disebut autoimun.

Dokter Alvina Widhani, Sp.PD-KAI (Spesialis Penyakit Dalam Alergi-Imunologi) mengatakan, pasien autoimun sebagian besar mengonsumsi obat yang namanya imunosupresan, obat tersebut akan bekerja menekan sistem kekebalan tubuh orang yang mengonsumsinya.

"Seseorang yang masih mengonsumsi obat tersebut dalam dosis tinggi, akan lebih berisiko terpapar Covid-19, sehingga harus lebih hati-hati. Tidak hanya pada orang dewasa, hal yang sama juga berlaku pada anak-anak," ujar dokter Alvina Widhani  saat berbincang di Program Ruang Publik KBR, Senin (12/10/2020).

Lalu, seperti apa pandemi ini memengaruhi kehidupan orang dengan autoimun?

Menurut Alvina, pasien autoimun, diharuskan untuk rutin melakukan pengecekan ke rumah sakit. Namun, menurut survey online yang dilakukan Alvina bersama rekan-rekannya, cukup banyak pasien autoimun yang putus berobat sejak pandemi COVID-19 terjadi.

“Nah yang menariknya memang selama pandemi, terutama awal-awal pandemi, tiga bulan pertama, banyak pasien yang sempat putus berobat, kalau dari survei kita sekitar 13% itu putus berobat dan rata-rata karena mereka tidak berani ke rumah sakit,” tutur Alvina.

Putus berobat bagi pasien autoimun,  dapat menimbulkan risiko kekambuhan pada pengidap. Jika terjadi, maka perlu dirawat inap di rumah sakit dan berakibat meningkatkan kemungkinan pasien autoimun terpapar Covid-19.

Alvina menyarankan pasien autoimun tetap menjalin komunikasi dengan dokter yang menangani, terkait penanganan, masalah, dan perkembangan kesehatannya.

Alvina menegaskan, salah satu faktor yang berperan dalam menentukan apakah seseorang akan mudah terinfeksi Covid-19 atau tidak adalah kekebalan tubuh.

“Kita tahu, bahwa Covid-19 itu merupakan infeksi virus. Ada berbagai faktor yang berperan, sehingga dia mudah terinfeksi, atau infeksinya itu menjadi berat. Jadi tidak hanya dari virusnya sendiri tapi juga dari individunya tersebut dan salah satu faktor dari individu adalah kekebalan tubuh,” papar Alvina.

Ia menambahkan, seseorang yang memiliki masalah kekebalan tubuh, baik karena penyakit atau karena obat-obatan yang dikonsumsi, bisa mengakibatkan orang tersebut tidak bisa bereaksi dengan baik terhadap infeksi virus.

Beberapa hal yang juga perlu diperhatikan masyarakat, khususnya mereka yang menderita autoimun, agar senantiasa mengikuti protokol kesehatan dengan baik, seperti mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker.

Selain itu, perasaan cemas dan khawatir yang berlebihan, ternyata dapat semakin menekan respon kekebalan tubuh, sehingga mengganggu sistem kerjanya.

Dua Faktor

Dokter Alvina, Dokter Spesialis Penyakit Dalam mengatakan penyakit autoimun ini bisa muncul pada seseorang yang punya kerentanan secara genetik untuk terkena autoimun.

"Tapi tidak semata-mata itu. Faktor lingkungan juga memengaruhi, misalnya tidak menjaga pola makan dan tidak berolahraga,” tuturnya.

Jika Anda memiliki keluarga yang merupakan mengidap  autoimun, jangan khawatir. Penyakit ini bisa dicegah dengan cara pola hidup sehat, baik dari segi makanan, seperti mengonsumsi makanan yang alami, mengurangi makanan instan dan makanan berpengawet, serta dengan melakukan olahraga ringan yang sesuai dengan kapasitas tubuh.

“Jadi memang pandemi ini sepertinya masih berlangsung ya dan secara umum masyarakat, dalam hal ini, pasien autoimun perlu senantiasa melakukan tindakan pencegahan untuk terhindar dari COVID-19.Beberapa caranya adalah dengan menaati protokol kesehatan, meningkatkan daya tahan tubuh. Usahakan untuk tidak putus obat, menjaga komunikasi dengan dokter yang menangani, serta jangan cemas berlebihan,” sarannya.

Setidaknya 5.000 orang di Indonesia merupakan pengidap autoimun (autoimmune), berdasarkan data Marisza Cardoba Foundation (MCF). Marisza Cardoba Foundation (MCF) adalah wadah pelayanan untuk pengidap autoimun yang didirikan oleh Marisza Cardoba (penyintas autoimun) bersama DR. dr. Andhika Rachman Sp.PD,KHOM.

Ada lebih dari 80 jenis penyakit autoimun di dunia. Namun, jenis yang paling umum meliputi lupus diabetes tipe 1, radang sendi, psoriasis, radang usus, hingga multiple sclerosis.

Menjaga sistem imunitas atau daya tahan tubuh saat ini sangat penting, terutama di tengah pandemi Covid-19. Bila daya tahan tubuh berjalan baik, bisa melindungi tubuh dari serangan penyakit.

(Redaksi KBR mengajak anda untuk bersama melawan virus covid-19. Selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan dengan 3M, yakni: Memakai masker, Menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun)

  • #satgascovid19
  • #IngatPesanIbu
  • #pakaimasker
  • #jagajarak
  • #hindarikerumunan
  • #cucitangan
  • #cucitanganpakaisabun
  • #KBRLawanCovid19

Komentar

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!