BERITA

Pertumbuhan Ekonomi Menurut Menteri Keuangan, Menteri Investasi, dan Faisal Basri

""Misalnya Nikkei, Indonesia nomor 110 dari 120 peringkat. Bloomberg 53 negara, Indonesia nomor 53. Majalah Economist, Indonesia nomor 3 dari bawah...""

Pertumbuhan Ekonomi Menurut Menteri Keuangan, Menteri Investasi, dan Faisal Basri
Infografis Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II-2021. Foto: BPS.go.id

KBR, Jakarta- Ekonom Faisal Basri menyebut pemulihan ekonomi Indonesia tergolong lambat dibandingkan negara lain. Hal ini dia disampaikan menanggapi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tahun ini. 

Tak hanya di kuartal II, menurutnya, pada Juli-Agustus, pemulihan ekonomi Indonesia juga masih terbilang lambat. Semua itu mengacu pada peringkat yang dikeluarkan sejumlah lembaga.

Tanggapan tersebut diutarakan saat diskusi virtual dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia, Jumat, 6 Agustus 2021. 

"Misalnya Nikkei, Indonesia nomor 110 dari 120 peringkat. Bloomberg 53 negara, Indonesia nomor 53. Majalah Economist, Indonesia nomor 3 dari bawah. Nanti data-datanya saya serahkan ke Pak Menteri," kata Faisal saat diskusi daring (6/8/21).

Faisal Basri menjelaskan, jika memakai perbandingan yang sama, yakni triwulan II-2021 dengan triwulan II-2020, Indonesia paling lambat.

Menurutnya, sejumlah negara yang pertumbuhan ekonominya paling cepat. Yaitu, Singapura. Kedua Uni Eropa, Filipina ketiga, kemudian AS, dan disusul China nomor lima.

Reaksi Menteri Bahlil

Menanggapi hal itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui pemulihan ekonomi nasional berjalan lamban dan belum maksimal. Ia juga tak menampik kondisi ekonomi triwulan ketiga kemungkinan bakal lebih berat, imbas PPKM darurat dan PPKM Level 3-4 yang diterapkan pemerintah.

"Kita belum maksimal? Iya. Dan pertumbuhan yang ada sekarang 7,07 itu kan terhitung di bulan April, Mei dan Juni. Jangan salah asumsi, April, Mei dan Juni kuartal 2, di saat itu belum ada PPKM. Sementara Juni-Juli ada PPKM. Jadi kita menurut saya pertumbuhan ini harus kita apresiasi, tapi jangan juga terlena," kata Bahlil saat diskusi daring, Jumat, (6/8/21).

Bahlil menambahkan, capaian kuartal II bukanlah akhir. Sebab, masih ada dua kuartal lagi untuk bisa mengetahui kinerja selama 2021.

Ekonomi Q2-2021

Kemarin, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 7,07 persen pada triwulan II 2021 dibanding triwulan II 2020.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan jka dibanding kuartal I 2021, perekonomian Indonesia tumbuh 3,31 persen (q-to-q).

"Kalau kita bandingkan triwulan II tahun 2020 atau secara y-o-y maka perekonomian Indonesia tumbuh 7,07 persen. Sedangkan secara kumulatif artinya Januari-Juni 2021 terhadap Januari-Juni 2020 perekonomian Indonesia tumbuh 3,10 persen," kata Margo saat konpers daring, Kamis, (5/8/21).

Margo Yuwono menambahkan, dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami pertumbuhan tertinggi yakni sebesar 25,10 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, Komponen Ekspor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 31,78 persen.

Pertumbuhan y-o-y triwulan II-2021 terjadi di semua kelompok pulau. Hal ini terutama terlihat pada kelompok provinsi di Pulau Jawa, dengan kontribusi sebesar 57,92 persen, dan pertumbuhan (y-on-y) sebesar 7,88 persen.

Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan II-2021 mencapai Rp4.175,8 triliun. Sedangkan atas dasar harga konstan pada 2010 mencapai Rp2.772,8 triliun.

Mesin Pertumbuhan Ekonomi Pulih

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua menunjukkan sejumlah sektor mulai pulih.

"Sehingga kuartal kedua ini cerita pertumbuhan 7,07 menggambarkan seluruh mesin pertumbuhan sekarang sudah pulih kembali. Kita berharap momentum pertumbuhan ekonomi bisa terjaga ini hanya bisa dilakukan apabila seluruh pelaku ekonomi dan masyarakat ikut menjaganya," kata Sri saat konpers daring, Kamis, (5/8/21).

Bendahara Negara memproyeksikan ekonomi pada kuartal III bisa tumbuh di kisaran 4 hingga 5,7 persen.

"Kita masih berharap antara range 5,7 dengan 4,0 untuk kuartal III. Ini sebuah tantangan karena kita hanya bisa melakukan di upper end apabila Delta (varian Covid-19) bisa dikendalikan dan mobilitas serta kegiatan ekonomi mulai bisa berjalan secara normal kembali," kata Sri.

Strategi Bendahara Negara

Menteri Sri menjelaskan, pemerintah melakukan sejumlah cara untuk mendongkrak ekonomi, salah satunya melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

"PEN kami di tahun 2021 di dalam APBN tetap fokusnya adalah mendukung demand side maupun mendukung sektor produksi. Dari demand side consumption rumah tangga seperti kita meningkatkan bansos, pada saat menghadapi Delta (varian Covid-19) kita tambahkan bansosnya, konsumsi pemerintah dari pelaksanaan berbagai kebijakan yang membantu sektor usaha seperti UMKM," imbuhnya.

Menkeu juga merinci berbagai strategi pemerintah memulihkan ekonomi bagi sektor usaha.

"Strategi ke depannya berbagai insentif bagi dunia usaha tetap kita diteruskan yaitu kebijakan untuk listrik insentif, abonemen minimal, insentif perpajakan diperpanjang sampai akhir tahun untuk membantu cashflow dunia usaha," paparnya.

Selain itu, menurutnya, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) telah meningkat, termasuk belanja pemerintah, baik belanja modal atau belanja barang. Hal ini dapat mendorong perbaikan perekonomian dalam negeri.

"Dari program PEN ini akan bisa terakselerasi dengan kenaikan adanya aktivitas ekonomi yang seiring dengan kita. Kami akan menjaga pemulihan ini tidak hanya momentumnya, tapi kenaikan aktivitas yang memang betul-betul bisa dirasakan masyarakat."

Ia berharap, berbagai upaya itu dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di triwulan selanjutnya. Termasuk upaya untuk menangani pandemi Covid-19. Sebab, pandemi menjadi faktor utama yang mempengaruhi ekonomi nasional.

"Jadi, strateginya tetap mengakselerasi semua yang sudah dialokasikan di PC-PEN dan diharapkan meningkatkan ekonomi pada semester II atau kuartal III dan IV," pungkasnya.

Editor: Sindu


  • Kemenkeu
  • BKPM
  • Faisal Basri
  • Pertumbuhan Ekonomi
  • BPS
  • Kuartal II-2021
  • Sri Mulyani
  • Bahlil Lahadalia
  • Kuartal III
  • Covid-19
  • Resesi Ekonomi
  • KPCPEN
  • PPKM

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!