BERITA

Susah Payah Mengejar Target Vaksinasi Covid-19

Susah Payah Mengejar Target Vaksinasi Covid-19

KBR, Jakarta - Pemerintah mematok target bisa menyuntikkan vaksin COVID-19 antara 2 juta dosis suntikan per hari akhir Juli dan 5 juta dosis suntikan perhari pada bulan Agustus nanti.

Meski begitu ternyata realisasi di lapangan belum sesuai harapan. Sampai saat ini baru 40 jutaan warga yang telah menerima vaksin, itupun baru dosis pertama. Angka ini masih jauh dari target 200 jutaan penduduk untuk membentuk kekebalan komunal.

Sepanjang Juli 2021, capaian suntikan perhari naik turun. Pada 21 Juli 2021, penambahan suntikan vaksin bahkan hanya 266 ribu perhari.

Salah satu kendala lambatnya capaian vaksinasi adalah banyak warga masih enggan disuntik vaksin COVID-19. Ini tergambar dari jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI), yang hasilnya disampaikan ke publik pada 18 Juli lalu.

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan mengatakan, dari 1.200 responden yang disurvei, lebih dari 82 persen diantaranya mengaku belum mendapat suntikan vaksin Covid-19. Dari angka itu, 36 persen lebih diantaranya justru menolak untuk divaksin.

"Jadi hampir 40 persen dari 80 persen itu yang menyatakan tidak bersedia untuk divaksin, dari masyarakat yang belum divaksin. Ini juga tantangan saya kira, bagi program vaksinasi di pemerintah. Alasan kalau mereka tidak bersedia, pertama takut efek samping vaksin. Ini yang paling banyak," ujar Djayadi dalam konferensi pers daring, Minggu (19/7/2021).

Djayadi Hanan menambahkan, alasan lain masyarakat menolak divaksin karena vaksin dinilai tidak efektif. Selain itu, masyarakat menganggap tidak butuh vaksin karena kondisi sudah sehat, dan masyarakat masih meragukan kehalalan vaksin serta takut jika disuruh membayar.

Kendala yang dihadapi pemerintah bukan saja masalah penolakan dari masyarakat, tapi juga ketersediaan stok vaksin yang tidak merata. Ada daerah yang kekurangan stok vaksin, namun ada juga yang berlebih sampai mendekati masa kadaluarsa vaksin.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Bupati Bandung, Dadang Supriatna, mengatakan, stok vaksin di wilayahnya tersisa 20 ribu dosis. Dadang khawatir, ini dapat menghambat program vaksinasi nasional.

Capaian vaksinasi yang rendah juga terjadi di masyarakat adat. Ketua Umum Perempuan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara, AMAN, Devi Anggraini menyebutkan, ada ketimpangan pelaksanaan vaksin bagi masyarakat adat. Perempuan AMAN merekomendasikan akses khusus bagi masyarakat adat mendapat vaksinasi.

"Sebaran geografis yang luas dari masyarakat adat cenderung membuat masyarakat adat tereksklusi dari proses ini (vaksinasi). Dan aksesibilitas yang disediakan oleh pemerintah dengan harus mendaftar secara online itu kan enggak mungkin bisa dengan mudah dijangkau oleh masyarakat adat. Kemudian, kartu identitas sudah pasti akan mengeksklusi perempuan dan pemuda masyarakat adat. Hanya sedikit orang yang bisa dijangkau melalui proses ini," ungkap Devi dalam webinar yang digelar INFID, Senin (19/7/2021).

Habiskan stok

Presiden Joko Widodo sudah meminta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan pemerintah daerah, agar segera menghabiskan stok vaksin Covid-19. Sebab saat ini masih ada 19 juta dosis vaksin yang tersebar di daerah-daerah yang belum digunakan.

"Saya minta Bapak Menkes (Budi Gunadi Sadikin), untuk disampaikan sampai organisasi terbawah tidak ada stok untuk vaksin, artinya dikirim, langsung habiskan, dikirim, habiskan. Karena kita ingin mengejar vaksinasi ini secepat-cepatnya," ujar Jokowi dalam konferensi pers daring, Sabtu (17/7/2021).

Presiden Joko Widodo juga meminta pemerintah daerah mempercepat program vaksinasi Covid-19 di daerahnya masing-masing. Vaksinasi, menurut Jokowi, merupakan tanggung jawab yang harus dijalankan setiap kepala daerah.

"Kuncinya sebetulnya hanya ada dua sekarang ini, hanya ada dua. Mempercepat vaksinasi, sekali lagi mempercepat vaksinasi. Yang kedua, disiplin protokol kesehatan, utamanya masker. Oleh sebab itu, saya minta kepada gubernur, bupati, walikota, yang didukung oleh jajaran forkopimda, betul-betul fokus dan bertanggung jawab terhadap semua ini."

Jokowi menargetkan pelaksanaan vaksin mencapai 5 juta dosis per hari pada Agustus nanti. Tapi dalam beberapa hari terakhir, capaian vaksinasi justru hanya berkisar 200 sampai 400 ribuan saja per hari. Tren yang menurun ini dikhawatirkan menghambat target program vaksinasi.

Ahli epidemiologi Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman menilai, wajar terjadi tren penurunan jumlah orang yang divaksin di Indonesia. Sebab, lonjakan pasien Covid-19 beberapa pekan terakhir berimbas pada kolapsnya fasilitas kesehatan dan terbatasnya tenaga kesehatan untuk melakukan vaksinasi.

"Tentu dalam situasi krisis seperti ini di mana tenaga kesehatan kita banyak yang sakit, banyak yang juga kelelahan, termasuk fokus di melayani pasien, tentu akan sangat wajar kalau vaksinasi ini akan menurun. Jadi artinya peningkatan vaksinasi dalam situasi saat ini memang tidak terlalu bisa kita harapkan. Jadi setidaknya menjaga konsistensi capaian di satu juta saja sudah prestasi, sudah bagus banget," kata Dicky kepada KBR, Selasa (20/7/2021).

Dicky Budiman meminta ada penyegaran tenaga vaksinator. Misalnya dengan merekrut lulusan kedokteran dan keperawatan atau bekerjasama dengan sekolah kebidanan.

Ia juga menyoroti fokus pemerintah untuk program vaksinasi yang dilakukan lebih banyak di Jawa-Bali. Menurutnya, pemerintah harus memastikan akses vaksin kepada masyarakat, termasuk di luar Jawa-Bali.

Pemerintah juga harus terus melakukan sosialisasi dan literasi kepada masyarakat, agar dapat mengurangi resistensi terhadap program vaksinasi Covid-19.

Editor: Agus Luqman

  • COVID-19
  • pandemi
  • Vaksinasi Covid-19
  • vaksin covid-19
  • LSI

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!