RAGAM

Jogo Tonggo, Memberdayakan Warga Jawa Tengah dalam Menangani Pandemi Covid-19

Jogo Tonggo, Memberdayakan Warga Jawa Tengah dalam Menangani Pandemi Covid-19

Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo punya cara dalam mempercepat penanganan pandemi Covid-19, Jogo Tonggo. Jogo Tonggo merupakan inovasi pemberantasan Covid-19 berbasis kewilayahan. Melalui Instruksi Gubernur Nomor 1 Tahun 2020, dibentuklah Satgas Jogo Tonggo, yang memberdayakan warga hingga wilayah Rukun Warga (RW).

Dalam Webinar Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) bertajuk “Ujian dan Tantangan Sistem Pemerintahan Daerah Indonesia di Tengah Pandemi Covid-19,” pada Sabtu (10/7/2021), Ganjar menceritakan  bagaimana tantangan yang dihadapi dalam menjalankan kebijakan tersebut, karena Jogo Tonggo tidak hanya menghadirkan kebijakan top-down, melainkan bottom-up, mikro zonasi, dan berbasis kebudayaan dan komunitas sosial.

Sesuai namanya, Jogo Tonggo mengandalkan pastisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan Covid-19. Peran serta PKK, dasawisma, kelompok tani, karang taruna, ada kiai, ada kelompok agama, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan semua komunitas yang ada di masyarakat. Mereka inilah Jogo Tonggo. Jika ada masyarakat yang terinfeksi, warga saling menjaga dengan memberikan perhatian, tidak memberikan stigma.

Diketahui, konsep Jogo Tonggo yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Tengah itu juga menjadi salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan Covid-19 dan Pengaduan Terbaik 2020, dalam kategori Pelayanan Publik Penanganan Covid-19, dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB). Dengan kosep itu, Ganjar berharap, seluruh elemen masyarakat dapat terlibat dalam penanganan pandemi beserta dampaknya.

  • adv
  • Kemendagri
  • jogo tonggo
  • mikro zonasi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!