KBR, Jakarta - Lisda Sundari, pendiri
sekaligus ketua Yayasan Lentera Anak, dianugerahi penghargaan Judy Wilkenfeld
2019 atas dedikasinya dalam kampanye pengendalian tembakau.
Penghargaan ini diberikan oleh Campaign for Tobacco-Free Kids (CTFK), organisasi internasional yang berfokus pada perlindungan anak dari bahaya tembakau.
CTFK didirikan oleh Judy Wilkenfeld, aktivis yang telah mengampanyekan kebijakan anti rokok selama lebih dari 20 tahun.
Wilkenfeld juga memegang peranan penting dalam pengembangan Framework Convention on Tobacco Control (FCTC), yakni perjanjian internasional pengendalian tembakau bagi negara anggota PBB.
Setelah Wikenfeld wafat tahun 2004, namanya diabadikan menjadi penghargaan tahunan yang diberikan kepada aktivis tembakau di berbagai belahan dunia.
Dan di tahun 2019 ini, penghargaan Wikenfeld untuk pertama kalinya diberikan kepada orang Indonesia.
“Campaign for Tobacco-Free Kids dengan bangga memberikan penghargaan kepada Lisda Sundari atas kepemimpinannya yang berani, tak kenal lelah dan luar biasa dalam bekerja untuk mengurangi konsumsi rokok dan menyelamatkan hidup anak”, kata Matthew L. Myers, ketua CTFK, dalam rilis yang diterima KBR (24/5/2019).
Menurut CTFK, Indonesia merupakan tempat mendulang keuntungan bagi industri rokok. Upaya-upaya yang dilakukan Lisda pun diharapkan bisa mengubah keadaan demi melindungi generasi mendatang.
“Secara global, rokok membunuh tujuh juta orang setiap tahun dan diperkirakan akan membunuh satu miliar orang pada abad ini, kecuali pemerintah mengambil tindakan efektif sekarang untuk mengurangi konsumsi rokok,” tegas CTFK.
Perjuangan Lisda Sundari
Bersama Yayasan Lentera Anak, Lisda konsisten mendorong pemerintah untuk memberlakukan kebijakan bebas asap rokok, meliputi pelarangan iklan, promosi, serta sponsor rokok.
Tahun 2013 ia menguatkan kampanyenya dengan membentuk Gerakan Muda FCTC. Sampai sekarang gerakan ini sudah tersebar di 20 kota, menjangkau lebih dari 50.000 siswa dan telah mengirimkan lebih dari 11.000 surat kepada Presiden Indonesia supaya ikut meratifikasi FCTC.
Tahun 2015, Lisda bergabung dalam proyek riset CTFK yang berjudul Big Tobacco: Tiny Target. Mereka mendokumentasikan bagaimana perusahaan rokok mengepung sekolah-sekolah di Indonesia dengan berbagai bentuk iklan.
“Perusahaan
rokok menargetkan anak untuk menggantikan perokok yang meninggal akibat
penyakit yang disebabkan dari konsumsi rokok. Kita memiliki tugas untuk memberi tahu anak-anak bahwa mereka
menjadi sasaran industri rokok dan mendorong mereka untuk melawan,”
kata Lisda.
Bersama Yayasan Lentera Anak, Lisda pernah mendorong aksi penurunan iklan rokok di lima kota, yang melibatkan 90 sekolah dan sekitar 2.000 siswa.
CTFK menyebut, model kampanye anti rokok yang dipelopori Lisda telah ditiru dan diterapkan di lebih dari 24 negara.
Sejak tahun 2018 Lisda juga gencar mengkritik ajang turnamen bulu tangkis anak-anak yang disponsori perusahaan rokok.
Hingga sekarang Lisda terus melakukan advokasi kota bebas asap rokok, pelarangan iklan, promosi dan sponsor rokok, lewat kerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Editor: Citra Dyah Prastuti