RAGAM

Good Doctor dan LSPR Ajak Masyarakat Terapkan Pola Makan Sehat selama Hari Raya Idul Fitri

"Kenali kemampuan tubuh. Beristirahatlah kalau sudah merasa lelah dan beri tubuh tidur yang cukup agar stamina dan imun tubuh tetap terjaga."

Paul M Nuh

Good Doctor dan LSPR Ajak Masyarakat Terapkan Pola Makan Sehat selama Hari Raya Idul Fitri
Kampanye Literasi Kesehatan dari Good Doctor Technology Indonesia (GDTI) dan The London School of Public Relation (LSPR) Communication & Business Institute

KBR, Jakarta - Kehadiran telemedisin secara berkelanjutan membentuk literasi kesehatan di generasi muda. Ini dibuktikan melalui program edukasi kesehatan Good Doctor Technology Indonesia (GDTI) yang berkolaborasi dengan The London School of Public Relation (LSPR) Communication & Business Institute, bertajuk "Good Knowledge, Good Health" yang berlangsung dari Oktober 2021 dan berakhir pada April 2022.

Emilya Setyaningtyas, Head of Communication Reputation Department, LSPR menuturkan, berdasarkan survei yang dilakukan kepada peserta program edukasi, ternyata ada sebanyak 82,.7% peserta yang sangat puas dengan rangkaian webinar kesehatan yang dilakukan. Bahkan 99,.5% peserta tetap ingin berpartisipasi jika nantinya diadakan lagi seminar kesehatan sejenis.

“Semangat para generasi muda ini untuk memilih sumber informasi terpercaya dan mengakses layanan kesehatan secara berdaya merupakan bagian dari budaya literasi yang ada di kampus. Karena itu, kami sebagai lembaga pendidikan tentu akan selalu konsisten ambil bagian dalam menciptakan generasi muda yang sehat.” kata Emilya.

Head of Medical, PT Good Doctor Technology Indonesia, dr. Adhiatma Gunawan, menyebutkan program edukasi kepada masyarakat adalah komitmen Good Doctor untuk menciptakan literasi kesehatan pada setiap orang, termasuk generasi muda. “Dari rangkaian pendidikan kesehatan yang dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 rata-rata 99,7% dari peserta merasa bahwa webinar memenuhi harapan mereka termasuk peningkatan kesehatan literasi.”

Merayakan Idul Fitri dengan tetap memberikan manfaat baik bagi tubuh.

dr. Vikie Nouvrisia Anandaputri, M.Gizi, Sp.GK. mengungkapkan, bulan Ramadan sebenarnya bisa menjadi cara untuk kembali berkomitmen menjalani gaya hidup sehat dan seimbang. “Karena di bulan Suci ini, kita diajar untuk memiliki kesadaran untuk mengendalikan diri secara menyeluruh, baik dengan cara mengatur kebiasaan makan hingga mengatur emosi. Ini mengapa puasa bermanfaat langsung untuk kesehatan fisik dan mental.”

Menurut dr Vikie, puasa secara rutin bisa memberikan waktu istirahat untuk sistem pencernaan. pada saat puasa juga terjadi pembakaran kalori, juga penurunan massa lemak yang dapat menurunkan obesitas. Dengan demikian metabolisme tubuh menjadi lebih efisien.

dr. Vikie mengingatkan agar tidak hanya di Bulan Ramadan menikmati manfaat kesehatan ini, tetapi di bulan lain juga. Bahkan saat Idul Fitri diimbau untuk tetap bisa mengendalikan diri. “Meski Idul Fitri hari special, tapi tetaplah makan sesuai jam makan dengan makan besar tetap tiga kali yaitu sarapan, makan siang dan makan malam.”

Tetap cari cara untuk membakar kalori. Jangan kelelahan. “Kenali kemampuan tubuh. Beristirahatlah kalau sudah merasa lelah dan beri tubuh tidur yang cukup agar stamina dan imun tubuh tetap terjaga.”

Berakhirnya kampanye tentang pentingnya literasi kesehatan antara Good Doctor dan LSPR menumbuhkan harapan baru. Baik GDTI maupun LSPR berharap, akan semakin banyak masyarakat terutama generasi muda, yang tertular dan terinspirasi untuk menerapkan gaya hidup sehat. Perubahan perilaku bisa dimulai dengan mengajak seluruh anggota keluarga untuk menjaga pola makan sehat di momen hari raya Idul Fitri bersama keluarga.

Baca juga: LSPR Wujudkan Kampus Merdeka dengan jadikan Desa Pupuan sebagai Desa Binaan - kbr.id

  • nativead
  • Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR
  • adv
  • telemedisin
  • literasi kesehatan
  • idul fitri

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!