BERITA

Kisah Mahasiswa Perantau di Masa Pandemi

Kisah Mahasiswa Perantau di Masa Pandemi

Jakarta - John Timepa cemas mendapati stok bahan pangan sudah menipis. Ia dan 20an orang di asrama mahasiswa Papua di Tebet, Jakarta Selatan, juga sudah kehabisan uang. 

"Kami di sini kalau untuk sekarang paling dua tiga hari ke depan lah kita nggak tahu bagaimana nanti nasib kami,” kata John saat dihubungi Rabu (8/4/2020).

Orang tua mereka di kampung pun kesulitan mengirim dana karena banyak fasilitas ditutup akibat wabah Covid-19. Sementara, pilihan untuk balik ke Papua sudah tidak memungkinkan lantaran akses penerbangan maupun pelayaran sangat dibatasi. 

"Ya mau pulang bagaimana sedangkan penerbangan sampai jalur laut juga kan semuanya tutup," imbuhnya. 

Hari itu, mereka bahkan hanya makan seporsi mi instan demi menghemat persediaan. Bahan makanan yang ada adalah sisa hasil urunan sekitar tiga pekan lalu. 

“Hari ini tadi baru kami pakai putar-putar pop mie. Barusan jam dua belas. Sekali makan kami bertahan satu hari satu malam,” ujar John yang juga Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire, Paniai, Dogiyai, dan Deiyai (IPMANAPANDODE) Jakarta ini. 

Penghuni asrama merupakan mahasiswa Papua dari beragam perguruan tinggi. John menyebut hingga kini belum ada bantuan, termasuk dari kampus. 

John menuturkan mereka sudah menghubungi pemerintah daerah untuk meminta perhatian. Namun, sampai saat ini belum ada kabar baik yang datang. 

"Kami sudah tulis di media wordpress, blog, tapi itu pun belum ada respon, termasuk bupati. Bukan cuma kami di Jakarta tapi Se-Jawa Bali, di luar Papua,” tutur mahasiswa Universitas Tama Jagakarsa itu. 

Muhammad Guntur, mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta juga mengurungkan niatnya untuk mudik ke Tasikmalaya, Jawa Barat. Ia memilih bertahan di indekosnya di kawasan Ciputat. 

"Kondisinya serba bingung sih, kalau pulang takut terpapar dan nyebarin Covid-19 ke orang-orang di rumah. Nggak pulang juga pengin pulang," ujar mahasiswa ilmu politik ini melalui pesan singkat, Kamis (9/4/2020).

Tinggal jauh dari rumah di masa pandemi bukan hal mudah. Banyak warung makan sekitar kampus yang tutup. Sementara uang kiriman orang tua pas-pasan untuk bertahan hidup. Beruntung ada program dari Social Trust Fund (STF) UIN Jakarta. Guntur mendapatkan bantuan makan dua kali sehari di warteg dekat kampus. 

"Jujur saja sebagai anak indekos senang, karena merasa diperhatikan betul anak rantau yang terpaksa bertahan untuk tidak pulang dulu," tuturnya. 

Bantuan makan ini turut meringankan beban keuangannya. Guntur kini bisa menyisihkan dana untuk keperluan lain seperti kuota internet. Ia berharap program STF tetap berlanjut selama masa pandemi. 

"Jadi ada sisa uang bisa saya belikan untuk buku juga kuota. Soalnya sekarang metode pembelajaran di kampus harus terus tersambung internet," ungkap Guntur. 

STF UIN Jakarta berupaya mewujudkan harapan Guntur dan mahasiswa lain penerima bantuan. Perwakilan STF UIN Jakarta, Dewi Maryam mengatakan tujuan program ini untuk menopang mahasiswa yang terdampak Covid-19. 

"Mungkin mereka punya penghasilan tambahan, ada yang privat, privat ngaji, dan lain-lain. Selama pandemi ini mungkin banyak penghasilan yang berkurang. Jadi ya kita berpikir kenapa kita ngasih bantuan makanan jadi. Kita juga membantu memutus mata rantai penyebaran virus. Kalau mereka balik ke kampung itu bahaya juga kan,” ucap Dewi. 

Anggaran untuk program itu berasal dari sumbangan para donatur. Hingga kini, mereka mampu memberi bantuan makanan jadi kepada 400an mahasiswa. Padahal, menurutnya, masih banyak mahasiswa yang antri ingin memperoleh bantuan. 

“Ada yang bilang, ‘kak kalau bisa sampai akhir semester ini. Banyak juga yang bilang, ‘kak kenapa ditutup google formnya, kita belum ngisi. Anak-anak asrama yang tinggal di ma'had itu juga banyak yang butuh. Mahasiswa asing juga butuh. Tapi kita belum bisa memenuhi semuanya,” jelas Dewi.

Kampus-kampus salurkan bantuan

Di Jawa Tengah, Universitas Negeri Semarang (Unnes) menyalurkan paket sembako bagi ribuan mahasiswa perantau yang masih bertahan. Mereka urung mudik karena ada kebijakan isolasi di daerah asal. Juru Bicara Unnes, Muhammad Burhan mengatakan bantuan didistribusikan melalui fakultas dan diambil langsung oleh mahasiswa. 

"Kita memberikan paket yang berisi 3 kg beras, dua botol kecap dan 29 mi instan kepada mahasiswa yang saat ini belum bisa pulang ke rumah," kata Burhan saat dihubungi di Semarang, Rabu (8/9/2020) 

Kampus-kampus lain juga mulai bergerak mendistribusikan bantuan sembako. Bantuan yang paling umum diberikan adalah kuota internet untuk mendukung kuliah daring. 

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengapresiasi langkah kampus untuk membantu para mahasiswa di masa pandemi. Sekjen Kemendikbud Ainun Naim mengatakan kampus bisa merealokasikan dana operasional dari pusat untuk program-program tersebut.

“Hanya penggunaan (dana) berbeda dengan yang keadaan normal. Penggunaannya kita buat lebih fleksibel dalam arti bisa digunakan untuk prioritas pembelajaran dalam situasi yang sekarang ini atau fokus menjaga kesehatan” kata Ainun saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (8/9/2020). 

  • COVID-19
  • pandemi covid-19
  • mahasiswa
  • kampus
  • kementerian pendidikan dan kebudayaan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!