RAGAM

Melindungi Anak - Anak yang Beresiko Terancam Kesehatannya dari Limbah Elektronik

"Save the Children menemukan fakta bahwa limbah elektronik meningkat pesat secara global, namun sayangnya hanya ada sekitar 20% saja yang limbahnya dikelola dengan baik."

Melindungi Anak - Anak yang Beresiko Terancam Kesehatannya dari Limbah Elektronik.
Sebanyak 200 anak - anak menjadi pemulung di Kota Makassar yang berpotensi membahayakan kesehatan mereka.

KBR, Jakarta – Laporan riset Save the Children berjudul Circular Geniuses memperlihatkan di Kota Makassar, ada setidaknya dua ratus pemulung anak yang berada pada level paling bawah di sistem limbah elektronik. Ini tentu bisa mengancam keselamatan dan kesehatan anak-anak tersebut.

Mereka rentan terpapar limbah berbahaya, termasuk limbah elektronik. Penanganan limbah jenis ini membutuhkan izin khusus. Tapi sayang dari 1,8 juta ton limbah elektronik yang dihasilkan di dalam negeri setiap tahun, hanya 10 persen yang dikelola dengan benar dan memiliki ijin secara resmi.

red

Dalam Talkshow Ruang Publik KBR membahas tentang “Melindungi Pemulung Anak dari Limbah Berbahaya” yang disiarkan pada Senin, 6 Maret 2023. Ihwana Mustafa selaku Program Manager Save The Children Makassar dan Sulastri selaku Kader Perlindungan Anak di TPA Tamangapa Makassar menjadi narasumber pada talkshow tersebut.

“Save the Children menemukan fakta bahwa limbah elektronik meningkat pesat secara global, namun sayangnya hanya ada sekitar 20% saja yang limbahnya dikelola dengan baik. Pertumbuhan limbah elektronik begitu sangat cepat sehingga berpotensi menjadi penyumbang kedua setelah limbah plastik dan limbah tekstil. Dengan penemuan persoalan ini, maka akan menjadi masalah yang serius jika kemudian tidak ditangani dengan baik,” ujar Ihwana.

Pada akhir tahun 2022, Save The Children juga melakukan studi yang menunjukan bahwa di Kota Makassar terdapat sekitar 5,6 ribu ton limbah elektronik setiap tahunnya. Ditemukan juga ada 200 anak yang menjadi lini terdepan dalam mencari sampah elektronik dengan cara mencari langsung ke TPA dengan rentan usia 6 - 17 tahun. Namun sayangnya, mereka mencari sampah - sampah tersebut tanpa perlengkapan yang memadai. Padahal hal tersebut dibutuhkan untuk memastikan keselamatan dan kesehatan mereka.

Upaya pemilahan sampah elektronik ini seharusnya sudah dilakukan saat di rumah masing - masing saat tidak terpakai. Karena sebenarnya sampah elektronik ini juga berbahaya sehingga harus dipilah terlebih dahulu dan bahkan dijemput agar pembuangannya berbeda.

Menurut Sulastri, ada beberapa kategori anak - anak yang memulung di Kota Makassar, ada yang ikut naik Viar, ada yang memulung dari rumah ke rumah, dan ada juga yang memulung di TPA.

“Anak - anak tersebut berasal dari berbagai daerah, ada yang tinggal di sekitar TPA, ada juga yang tinggal di rumah warga, dan ada yang memulung karena ikut orangtuanya,” kata Sulastri.

Jika kemudian tidak cepat ditangani, tentunya limbah elektronik ini akan menjadi ancaman bagi kesehatan dan keselamatan para anak - anak. Sehingga Save The Children sebagai lembaga yang fokus kepada perlindungan anak ingin memberikan kontribusi untuk melihat apa yang terjadi dan apa yang dapat dilakukan bersama - sama untuk menanggulanginya.

“Kita harus bisa bekerjasama dengan berbagai pihak, karena persoalan ini tidak bisa diselesaikan secara tunggal. Ada berbagai peran penting dari keluarga dan masyarakat juga untuk dapat memberikan dukungan terbaik bagi anak - anak. Selain itu, lembaga swasta juga bisa memberikan kontribusi dalam memastikan anak - anak untuk bisa memperoleh kehidupan yang lebih layak dari sisi kesehatan dan pendidikan,” tutup Ihwana.

Baca juga: Cara India Atasi Sampah Elektronik - kbr.id

  • advertorial
  • limbah
  • sampah elektronik

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!