NASIONAL

Limbah Masker, Sampah B3 yang Masih Dibuang Sembarangan

"Masker sekali pakai yang digunakan selama masa pandemi COVID-19 termasuk jenis sampah yang sulit diurai oleh lingkungan, sebab berbahan dasar plastik."

Sadida Hafsyah

limbah masker
Ilustrasi. Petugas mengumpulkan limbah masker untuk dimusnahkan di Pusat Daur Ulang (PDU) Surabaya, Jawa Timur, Selasa (11/1/2022). (Foto ANTARA/Rizal Hanafi)

KBR, Jakarta - Masker medis yang digunakan semasa pandemi COVID-19 menimbulkan permasalahan lingkungan karena limbahnya menumpuk tanpa pengolahan tertentu. Padahal limbah masker yang termasuk limbah B3.

Lembaga pemerhati lingkungan Waste4Change, diwakili Senior Campaign Executive Waste4Change, Tantin Yasmine, beberapa waktu lalu, mencermati bahwa masker yang sudah tidak terpakai menambah gunungan sampah di Indonesia.

"Di Indonesia, sekitar 420 ton sampah per hari timbulan limbah medis yang dihasilkan, dengan kasus positif yang ada di Indonesia. Kemudian masker sekali pakai yang dihasilkan juga kurang lebih ada sekitar 150 juta pcs yang dihasilkan. Sebetulnya ini alat pelindung diri untuk mencegah penyebaran Covid-19. Namun masalahnya bukan pada bagaimana kita melakukan upaya pencegahan Covid-19, melainkan bagaimana setelah kita menggunakan masker itu, kita bijak untuk melakukan upaya pengolahan sampah masker," kata Tantin dalam Webinar Pengelolaan Sampah Masker Waste4Change x Badan Riset & Inovasi Nasional, Jumat (25/2/2022).

Baca juga:


Tantin mengatakan mayoritas masyarakat Indonesia tidak peduli terhadap penanganan sampah di Indonesia. Dampaknya, penumpukan sampah, khususnya masker medis, menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan.

"Habitat hewan ini terancam akibat sampah masker yang terbuang secara sembarangan. Kemudian di sini juga kita lihat ada berita yang mengatakan bahwa pinguin itu mati akibat dia menelan masker yang dibuang secara sembarangan. Bisa jadi bukan cuma pinguin yang merasakan dampaknya. Tapi binatang-binatang yang ada di lautan lainnya juga mungkin bisa jadi merasakan dampaknya juga," kata Tantin.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga memperhatikan bahwa limbah masker medis kerap bertumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), tanpa ada pemisahan ataupun pengolahan lebih lanjut. Padahal, menurut Kepala BRIN Laksana Tri Handoko, masker medis termasuk ke dalam jenis limbah B3 (Bahan Berbahaya Beracun).

Meski demikian, Tri Handoko mengklaim BRIN telah melakukan inovasi teknologi penanganan limbah tersebut sebagai langkah proteksi terhadap lingkungan.

"Tahun lalu kami banyak fokus pada pengembangan inovasi teknologi untuk penanganan limbah medis khususnya Covid-19, yaitu yang lebih khusus lagi adalah limbah masker. Karena limbah masker secara regulasi termasuk pada limbah B3. Tetapi pada saat itu banyak sekali masker yang langsung dibuang begitu saja sampai ke TPA, sehingga menimbulkan problem yang cukup serius terhadap pengelolaan TPA kita di seluruh Indonesia," kata Handoko dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi VII DPR, Rabu (23/3/2022).

Masker sekali pakai yang digunakan selama masa pandemi COVID-19 termasuk jenis sampah yang sulit diurai oleh lingkungan, sebab berbahan dasar plastik. Menurut Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Biomaterian BRIN Dawam Abdullah, penumpukan limbah masker akan menambah beban kerusakan alam.

"Kita menggunakan dua instrumen yaitu FTIR dan DSC. Ini adalah cara kita untuk mengecek bahan itu plastik apa. Dan plastiknya jenis apa, kita bisa tahu. Dari sini kita bisa lihat masker yang jenis tiga lapis ini adalah berbahan polypropylene. Polypropylene itu paling gampang kita temui pada tutup botol minuman. Setelah kita konfirmasi dengan alat uji temperatur, ternyata benar temperatur lelehnya di sekitar 170 derajat. Kalau di dalam diagnosa, dua kesimpulan ini kita bisa katakan yes ini masker bahannya adalah polypropylene," kata Dawam dalam Webinar Pengelolaan Sampah Masker Waste4Change x Badan Riset & Inovasi Nasional, Jumat (25/2/2022).

Baca juga:


BRIN menyarankan cara pengolahan sederhana yang dapat dilakukan masyarakat. Yang sebetulnya bisa dikelola lebih lanjut, seperti pengolahan limbah plastik.

"Dengan pencucian menggunakan deterjen. Biasanya kita menggunakan pemutih yang ada kalau sodium hipoklorit atau NaOCl begitu. Kemudian kita rendam ya. Memang kita pakai Safety Factor, misalkan 1 jam. Sebenarnya 10 menit juga asalkan itu terendam semuanya, sudah cukup begitu. Habis itu kita keringkan. Kemudian kita pisahkan bagiannya. Kenapa? Yang akan kita kelola itu nanti bagian filternya. Dari sana kemudian kita potong kemudian kita proses dengan menggunakan alat extruder mesin. Dari alat extruder ini kemudian kita proses menjadi bijih plastik," kata Dawam.

Sejumlah daerah juga menyadari akan potensi bahaya limbah sampah masker bagi lingkungan. Seperti di Jawa Timur. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Mohammad Yoto menegaskan setiap elemen masyarakat bertanggung jawab mengolah limbah yang dihasilkannya, termasuk limbah masker medis.

"Ternyata setiap orang yang menghasilkan limbah itu wajib memiliki tanggung jawab untuk mengelolanya. Tentu kalau kita secara individu. kita sebagai orang penghasil limbah. sebagai pribadi individu ya harus peduli. Bagaimana kita harus mengelola dengan baik. Tentunya bagi institusi yang menghasilkan adalah memiliki tanggung jawab. Dinas lingkungan hidup telah memberikan pedoman untuk memperlakukannya harus seperti apa," kata Yoto dalam Webinar 'Yuk, Kenali Limbah B3 di Fasyankes dan Cara Penanganannya!', Kamis (24/2/2022).

Editor: Agus Luqman

  • limbah B3
  • pandemi covid-19
  • Sampah Plastik
  • limbah

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!