RAGAM

Speak the Unspoken: Media dalam Pencegahan Kekerasan Seksual

"Lokasi yang yang paling banyak menjadi latar terjadinya kekerasan seksual adalah jalan umum, transportasi umum, bahkan sekolah dan kampus."

KBR

Speak the Unspoken: Media dalam Pencegahan Kekerasan Seksual
Speak the Unspoken : Apa yang Bisa Dilakukan Media dalam Kampanye Pencegahan Kekerasan Seksual.

KBR, Jakarta - Data dari Komnas Perempuan, selama kurun waktu 10 tahun mulai dari tahun 2012 hingga tahun 2021, tahun 2021 tercatat sebagai tahun dengan jumlah kasus Kekerasan Berbasis Gender (KBG) tertinggi, yakni meningkat 50% dibanding tahun 2020, sebanyak 338.496 kasus.

Melihat dari kasus yang dilaporkan, beberapa kasus kekerasan seksual terjadi di lingkungan tempat tinggal bahkan tempat-tempat yang seharusnya kita jadikan sebagai tempat berlindung. Lokasi yang yang paling banyak menjadi latar terjadinya kekerasan seksual tak lain adalah jalan umum, transportasi umum, bahkan sekolah dan kampus yang semuanya adalah ruang publik.

Upaya pencegahan kekerasan seksual sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat sipil. Salah satu unsur yang dinilai cukup penting dalam mengkampanyekan pencegahan kekerasan seksual adalah media massa. Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam menyebarkan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan kekerasan seksual, serta bagaimana terhindar dari kekerasan seksual.

Media massa juga harus memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar akurat dan dapat dipercaya oleh masyarakat termasuk koridor-koridor yang harus diperhatikan dalam memberitakan kasus kekerasan seksual untuk melindungi korban.

Menurut Evi Mariani - Project Multatuli, sejak mulainya kasus Agni di UGM, media sudah mulai bergeser perspektifnya yang mana perspektif korban lebih sering diangkat oleh teman-teman jurnalis dengan mengubah cara pandang paternalistrik media. Sehingga informasi yang didapatkan tidak hanya pernyataan dari pihak kepolisian yang tentunya sudah melewati tahap saring atau filter mereka.

Lebih lanjut, di tahun 2019 telah diadakan kolaborasi antara Jakarta Post, Tirto.id, dan Vice Indonesia dengan mengadakan “Nama Baik Kampsu” dengan tujuan agar dapat menggeser cara meliput kekerasan seksual dengan lebih banyak mengutip perspektif korban dan untuk mengimbangi ketidakadilan. Hal tersebut dilakukan juga untuk menghindari atau mengurangi ketimpangan gender.

Evi Mariani menjelaskan media dapat membantu mengubah pola pikir dan perilaku seseorang yang membenarkan kekerasan seksual. Namun, media terlebih dahulu harus berubah perspektif dan lebih memahami korban bahwa cerita tersebut adalah fakta atau tidak.

Tertarik mengetahui lebih jauh soal pencegahan kekerasan seksual? Silahkan Anda simak kelanjutan obrolannya di KBR Prime, Spotify dan Youtube Berita KBR.

Baca juga: Speak the Unspoken: Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Siswa Berkebutuhan Khusus - kbr.id

  • nativead
  • #kekerasanseksual
  • gender

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!