NASIONAL

Waspada, Puncak Kasus Omicron Terjadi Februari - Maret Nanti

"Nanti akan ada kebutuhan oksigen, ventilator dan lainnya. Kebutuhan layanan itu akan ada."

Waspada, Puncak Kasus Omicron Terjadi Februari - Maret Nanti
Dicky Budiman, Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia. (Foto: Tangkapan layar Youtube CNA)

KBR, Jakarta - Puncak kenaikan kasus COVID-19 varian Omicron di Indonesia, diperkirakan terjadi pada Februari atau Maret nanti.

Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia, Dicky Budiman mengatakan, penularan Omicron membutuhkan waktu untuk menginfeksi kelompok rentan seperti Lansia, penderita penyakit penyerta, dan orang yang belum divaksinasi.

Dicky menilai, varian Omicron ini dua kali lebih ganas dibandingkan dengan varian awal Covid-19. Sehingga dampaknya, bakal meningkatkan tingkat okupansi atau keterisian rumah sakit, dan meningginya jumlah kematian seperti yang berlangsung di Amerika Serikat.

"Sehingga besar kemungkinan kelompok yang berisiko ini, umumnya akan membutuhkan layanan rumah sakit. Nah disitulah dengan sistem deteksi dini kita yang masih pasif ini, kita akan mulai menerima lonjakan karena mereka mulai memerlukan oksigen. Sama, nanti akan ada kebutuhan oksigen, ventilator, kebutuhan layanan itu akan ada," ujar praktisi dan peneliti Global Health Security dan Pandemi pada Center for Environment and Population Health di Griffith University Australia itu kepada KBR, Kamis (13/1/2022).

Senada dengan Epidemiolog, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) di Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi juga memperkirakan, lonjakan kasus Omicron berpotensi terjadi pada Februari hingga Maret nanti.

"Bila hal itu terjadi, maka diperkirakan kasus harian bisa menembus angka 50 hingga 70 ribu kasus Omicron," ujar dokter alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1996 itu.

Puncak kasus Omicron dihitung berdasarkan perkembangan selama rentang 40 hari sejak kasus pertama Omicron ditemukan. Untuk itu, Pemerintah kini menyiapkan 80 ribuan tempat tidur, yang saat ini sudah terisi sebanyak 3 ribuan.

Omicron di Jakarta capai 565 kasus

Sementara itu, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengungkapkan, kasus Omicron di ibu kota sudah mencapai 565 kasus berdasarkan data hingga Kamis (13/1/2022) kemarin.

Dari jumlah tersebut, menurut Riza, sebanyak 458 kasus (81 persen) merupakan Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN). "Transmisi lokalnya ada 107 orang atau 18,9 persen," kata Riza.

Baca juga:

Epidemiolog: Semua Efikasi Vaksin Covid-19 Menurun Hingga 50 Persen

Pimpinan DPR RI Minta Pemerintah Buka Opsi Vaksin Booster Berbayar

Mengingat perkembangannya yang semakin tinggi, Riza meminta warga untuk lebih waspada, karena penularan COVID-19 varian Omicron lebih cepat. "Tetap di rumah, karena tempat terbaik adalah di rumah," tutur Riza.

Sedangkan Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, jumlah kasus aktif di Jakarta berdasarkan data per kemarin meningkat 184 kasus. Ssehingga saat ini jumlah kasus aktif atau yang masih dirawat/isolasi sebanyak 2.936 orang.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 2.119 orang adalah PPLN.

Editor: Fadli Gaper

  • Omicron
  • Epidemiolog

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!