INTERNASIONAL

Dengan Kebun dan Kolam, Dongkrak Gizi Warga Kamboja

Dengan Kebun dan Kolam, Dongkrak Gizi Warga Kamboja

KBR68H - Noun Ish memandangi kebunnya dengan bangga. Kebun milik warga Desa Chrom di Provinsi Siem Reap, Kamboja, ini kecil saja, tapi produksi sayurannya cukup lumayan. Ia menanam kangkung dan sejumlah rempah-rempah lainnya di sana. Sebagian untuk konsumsi dia dan dua anaknya, sebagian lagi untuk dijual. Gizi keluarga meningkat, isi kantong pun bertambah.

Ia sebetulnya sudah lama punya kebun kecil ini. Tapi sejak tahun lalu, ia bergabung dalam Cambodia Harvest Project yang didanai oleh Pemerintah Amerika Serikat lewat program Feed the Future. Dari situ, dia belajar soal teknik berkebun yang lebih baik dan sejak itu pula dia bisa menjual sayur-sayuran dari kebunnya ke pasar terdekat.

“Dengan teknik baru yang diajarkan, warga bisa mengelola kebunnya dengan lebih efisien dan hemat air,” kata Uon Bonnarita petugas lapangan yang mengajari warga sekitar.

Dia menunjukkan tong besar berisi air yang ada tak jauh dari kebun warga. Tong disambungkan dengan pipa peralon untuk menyalurkan air langsung ke kebun warga. Dari pipa peralon itu, disambungkan lagi dengan selang-selang kecil langsung ke lajur demi lajur sayuran yang ditanam. Dengan begitu, warga bisa menghemat waktu tak perlu berjalan hilir mudik untuk menyiram kebunnya.

Pengembangan kebun warga dengan teknologi sederhana ini adalah bagian dari program ketahanan pangan Cambodia Harvest Project yang berlangsung selama lima tahun di negeri itu. Setelah tiga tahun berjalan, 100 ribu orang lebih telah mendapat pelatihan soal pengelolaan pertanian yang lebih baik untuk ketahanan pangan warga. Yang perlu diingat, seperlima warga Kamboja masih berada di bawah garis kemiskinan dan 80 persen warganya pun tinggal di daerah pedesaan. Lewat program ini, warga miskin Kamboja mendapat peluang untuk menyediakan makanan bergizi bagi keluarga dari kebun mereka sendiri.

Tak jauh dari kebun milik Noun Ish, ada sebuah kolam ikan yang ukurannya cukup besar. Noun Art, sang pemilik kolam, tengah menghentak-hentakkan kaleng ke batang bambu berkali-kali. Rupanya ia tengah memanggil ribuan ikannya untuk diberi makan. Betul saja, tak lama ribuan ikan mendekat dan Noun Art langsung sibuk memberikan ikan.

Perempuan berusia 38 tahun ini mulai serius membenahi kolamnya sejak beberapa bulan lalu. Ia belajar lewat petugas lapangan dari Cambodia Harvest Program yang dijalankan di wilayahnya. Dari situ ia belajar bagaimana mengembangkan potensi kolamnya. Ia yang dulu menggantungkan nafkah dari bekerja di sawah milik orang lain, mulai menaruh harapan akan untung dari kolamnya sendiri.

Petugas lapangan Savoeun Vong turun tangan langsung mengajari warga teknik baru mengurus kolam. Mulai dari membenahi fisik kolam sampai mengajari teknik memberi makan ikan. “Ini kali pertama buat warga seperti Noun Art,” kata Savoeun Vong.

Noun Art kini tengah menanti untung pertama dari kolam ikan yang digarapnya untuk kali pertama. Sementara Noun Ish mengaku senang karena anaknya kini terlihat lebih memperhatikan pelajaran sekolah sejak ada perbaikan gizi di rumah. 


Lihat foto-fotonya di sini.

* Penulis adalah jurnalis KBR68H yang ikut dalam kunjungan media yang dilakukan US Ambassador for UN Agencies in Rome David Lane ke Kamboja pada 8-13 Desember 2013.

  • Kamboja
  • gizi
  • anak

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!