PILIHAN REDAKSI

Inilah Kue Rasa Rendang

"Tak hanya kenari, lho, yang diolah Ragil menjadi snack. Ikan roa, rendang, pisang, juga dijadikan bahan cookies."

Inilah Kue Rasa Rendang
Locarasa cookies. (foto: FB locarasa)

KBR, Jakarta- Siapa sih yang nggak suka kue kering? Udah renyah, enak, tampilannya pun menggoda. Tapi, kebanyakan kue kering yang kita temui, rasanya sama. Kalau gak cokelat, keju, atau kayu manis. Nah, kalau kue rasa ikan, rendang, atau buah kenari, sudah pernah icip-icip belum?

Ya, itu dia yang ditawarkan oleh Locarasa Cookies besutan Chef Ragil. Mengapa ia menghadirkan kue kering dengan rasa yang tak biasa? Rupanya, ini berawal dari keprihatinannya terhadap minimnya variasi  kue kering yang banyak disajikan di sejumlah daerah.


“Saya sering jalan ke daerah-daerah. Tapi, kok, snack daerah itu kripik lagi, kripik lagi, paling jauh dodol. Kok, gak  ada perkembangan, sih?" Ujar Chef Ragil, saat berbincang bersama KBR di program Obrolan Ekonomi, Jum'at (11/9/2015).


Namun, ide untuk membuat snack yang memiliki varian rasa yang berbeda, akhirnya ia dapatkan saat tengah berada di daerah Jailolo, Halmahera Barat, Maluku. Di tempat ini, ia bertemu dengan buah kenari, khas Jailolo. Karena berniat untuk membantu petani, saat mulai memproduksi cookies kenari, bahannya pun ia beli dari Jailolo langsung.


“Jadi, ide dasarnya untuk membantu petani. Kenari yang dijual kami beli dengan harga ekonomis yang menguntungkan petani. Kalau ada yang bertanya cookies ini produk mana, saya jawab ini produk Jailolo,” ujarnya


Tak hanya kenari, lho, yang diolah Ragil menjadi snack. Ikan roa, rendang, pisang, juga dijadikan bahan cookies. Untuk cookies rasa ikan roa, Ragil membentuknya bundar, sedangkan rasa rendang spicy yang tak terlalu pedas, berbentuk kotak. Meski begitu, kata Ragil, cookies rendang dan ikan roa ini  hanya cocok untuk cemilan, belum cocok dicampur sebagai lauk nasi.


Bahan yang digunakan pun cenderung lebih sehat. Sedikit tepung terigu dan lebih mendominasi tepung sagu, kacangnya disangrai, jadi kandungan minyaknya tidak banyak. Ragil pun mencampurkan butter, agar rasa yang didapat lebih gurih dan nikmat.


Untuk packagingnya sendiri, cookies ini ditempatkan dalam plastik clip, dibalut pouch kertas yang didesain color full. Berat masing-masing pouch, 80-120 gram. Untuk ketahanannya sendiri, sekitar 1 minggu. Ragil mengaku packaging ini terinspirasi dari Jepang, supaya menarik dan terkesan bukan produk sembarangan. 

red

Harga untuk masing-masing pouch Rp.42.500, sudah termasuk ongkos kirim.  Dan kue ini selalu distok sampai 50 pack per hari. Menurut Ragil, jika ada yang terjual 10 pack/pouch, maka langsung dibuat lagi 10 pack, begitu seterusnya.   

Locarasa Cookies ini baru berjalan 3 bulan, namun sebelumnya sudah 1 tahun dijajakan ke teman-temannya dari mulut ke mulut yang langsung  menarik hati. Terbukti, saat menjajakannya di bazar, omzetnya bisa mencapai Rp.2.000.000 per hari. Bazar yang dipilih pun yang mengutamakan produk lokal.


Saat memulai usaha ini, modalnya kurang dari Rp.5 juta. Menurut Ragil, yang mahal itu justru pada  infrastrukturnya, semisal oven, karyawan dan sebagainya. Sosialisasi produk ini pun dengan cara konvensional. Kue-kue diberikan secara gratis ke teman-temannya untuk mendapatkan komentar. Dari situlah, ia menarik kesimpulan.


“Saat ingin terjun ke bisnis ini, saya memikirkan supaya tak bersaing dengan cookies yang lain, dalam arti ingin memberikan pilihan yang berbeda, maka keluarlah cookies rasa roa. Ikan roa, selama ini biasanya diolah dengan cara disambal. Saya risetnya sampai setahun, karena saya mau semua orang yang mencicipi merasakan rasa yang berbeda, tapi tetap enak. Namun  kita tetap menentukan standar rasa yang kita inginkan, agar produk kita berbeda,” pungkasnya.

Editor: Rony Sitanggang


  • kue kering
  • kenari
  • rendang
  • cookies
  • locarasa cookies

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!