Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate 7,5 persen dengan suku bunga Lending Facility dan Deposit Facility masing-masing tetap pada 8 persen dan 5,5 persen. Padahal, pertumbuhan ekonomi saat ini masih mengalami perlambatan.
Menurut Deputi Depertemen Riset Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Arief Machmud pertimbangan untuk memutuskan BI rate tetap, adalah karena resiko global yang masih tinggi. Salah satunya karena ketidakpastian fet fund rate akan naik. Pun, dengan ketidakpastian devaluasi Yuan dan keputusan Bank Sentral Tiongkok untuk mengadopsi nilau tukar Yuan menjadi lebih fleksibel. Hal ini, kata dia, berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia dan nilai tukar dari negara negara emerging atau mitra dagang Tiongkok.
“Kita juga melihat risiko lain terkait domestik, misalnya, terkait capital arus modal masuk ke Indonesia, dan resiko-resiko dari inflasi. Karena itu BI rate tetap di level 7, 5 persen, ini sudah pas dan kita harapkan bisa memberikan kestabilan nilai tukar rupiah,” ujarnya saat berbincang bersama KBR pada program Obrolan Ekonomi, Jum'at (18/9/2015).
Ia memperkirakan, Inflasi 2015 masih dikisaran 3-5%. Meski demikian, saat ini inflasi bertengger di atas 7,18%. Tapi, sejak Januari hingga Agustus, kata Arief, kecenderungannya menurun. Ia pun optimis, November nanti, inflasi akan terus menurun.
Ia menambahkan, untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan investasi pemerintah, melalui proyek-proyek infrastruktur. Dengan begitu, sektor yang terkait seperti besi baja, produksi semen dan lain-lain akan ikut meningkat, sehingga ekonomi bergerak. Penghasilan dan daya beli masyarakat pun ikut meningkat. Upaya regulasi yang dilakukan pemerintah pun diharapkan membuahkan hasil agar iklim investasi meningkat.
Sementara itu, Deputi Direktur Departemen komunikasi, Bank Indonesia, Yunanto, menambahkan BI Rate atau suku bunga kebijakan merupakan indikator bagaimana bank sentral melihat indikator perekonomian saat ini. Suku bunga tersebut, bisa dinaikkan atau diturunkan.
“Setelah melihat berbagai perkembangan ekonomi saat ini, untuk jangka pendek, misalnya, dilihat dari inflasi dan stabilisasi nilai tukar rupiah. Inflasi sekarang 4 plus minus 1 masih aman, belum ada tekanan, ” ujarnya
Penerapan ini, kata dia, sebagai sinyal bahwa ekonomi kita masih sejalan dengan perkiraan. Masyarakat harus tau hal ini, karena berdampak kepada kehidupan. Sebab, suku bunga BI rate tinggi, biasanya suku bunga-suku bunga lain pun menjadi tinggi, sehingga ekonomi menjadi ketat.
Meski begitu, Ia mengimbau agar masyarakat tak perlu takut krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1998 lalu, akan terjadi lagi. Menurutnya, kondisi ekonomi kita sudah jauh berbeda.
Editor: Rony Sitanggang