OPINI ANDA

Daniel Sahuleka: Warga Kehormatan Jakarta yang Pernah Ditolak Masuk ke Diskotek

"KBR68H, Jakarta - Lagu disko We"

Alfonsus Edgar

Daniel Sahuleka: Warga Kehormatan Jakarta yang Pernah Ditolak Masuk ke Diskotek
daniel sahuleka, you make my world socolorful, musisi belanda

KBR68H, Jakarta - Lagu disko We’ll Go Out Tonight pada pertengahan 1981 menjadi hits di Belanda dan meledak di pasaran. Seorang lelaki beranjak ke Scheveningen, ia hendak berkunjung ke sebuah diskotek yang juga sering memutar lagu hits tersebut. Pria itu hanya ingin mendengarkan lagu itu diputar.

Tetapi warna kulit masih menjadi simbol kepongahan bagi beberapa orang, termasuk si penjaga pintu diskotek. Ia tidak diperbolehkan masuk oleh si penjaga pintu hanya karena kulitnya berwarna coklat dan berambut keriting. Si penjaga pintu tidak tahu bahwa lelaki tersebut ternyata adalah sang pencipta lagu We’ll Go Out Tonight.

Dengan hati patah, sang pencipta lagu yang juga mengidolakan band reggae  seperti UB 40 dan penyanyi Al Green ini pulang. Dengan balutan musik reggae pula ia menciptakan lagu hits lainnya yang berjudul Wake Up. Lagu itu menjadi hits terbesarnya di Eropa dan selalu diputar hampir di seluruh stasiun radio. Lagu ini berisi curahan hatinya  saat ditolak masuk ke diskotek tersebut sekaligus menghimbau para pendengarnya untuk menghentikan perlakuan diskriminatif terhadap mereka yang berkulit coklat, hitam, atau etnis tertentu.

Putra tunggal dari pasangan Mami Juarsi dan Papa Piet (Simon Pieter Sahuleka) yang bernama Johannes Daniel Sahuleka ini juga dikenal mempunyai kepekaan sosial yang tinggi.

I’m maybe not romantic/And maybe not poetic/Sometimes I’m not that fluent/to find those magic words/…Penggalan lirik dari lagu I Adore You (lagu yang berada di urutan ke-4 dalam top 10 Indonesia dan bertahan hingga 5 minggu sejak dirilis pada tahun 1993) itu ia lantunkan di depan para wartawan saat jumpa pers Live in Concert Daniel Sahuleka.

Ddengan petikan nada-nada minor yang  kental ,ia menyanyikan lagu itu untuk penggalangan dana bagi korban Merapi di tahun 2010 silam yang bertajuk “Recovery of Merapi with Daniel Sahuleka”. Daniel juga melelang koleksi gitarnya untuk membantu korban Merapi, mengunjungi langsung para korban, sekaligus mengambil gambar dengan handycamnya untuk kemudian disebarkan kepada warga Belanda agar juga ikut tergerak membantu.

…/How many lonely days are there waiting for me/How many seasons will flow over me/…

Lagu Legendaris yang berjudul Don’t Sleep Away The Night itu dinyanyikan di akhir acara sebuah talkshow stasiun televisi untuk penciptanya, oleh para murid tunanetra SLB Lebak Bulus. Bukan hanya sekali mereka bernyanyi untuk musisi yang berdarah Ambon,Sunda, dan Cina ini. Beberapa kali dalam konsernya di Gedung Kesenian Jakarta, para murid tunanetra dan tunarungu tampil sebagai opening act untuk konsernya.

Dia menyatu dan ikut merasakan kekurangan yang dimiliki oleh anak-anak itu, bercengkerama dengan mereka di lantai, sekaligus bernyanyi bagi mereka. Lagu Don’t Sleep Away The Night sendiri pada tahun 1980 melejit di Eropa dan meledak di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Lagu yang bercerita tentang kesedihannya saat  mendengar percakapan dua orang yang akan bercerai itu bertahan di nomor satu Chart Indonesia selama tujuh bulan.

Penghargaan tertinggi warga kehormatan Jakarta ini di kancah musik Belanda, didapatkannya melalui lagu Jakarta yang terdapat di album Sunbeam yang dirilis tahun 1981. Album Sunbeam berisi lagu – lagu seperti Day’s Can’t Stay Forever, yang didominasi dengan suara tiupan trompet, ada juga lagu dengan irama bossanova yang bertajuk The Rain, dan lagu Jakarta yang syahdu dengan style swing. Lagu Jakarta yang dirilis di Belanda, Jerman, Italia, Spanyol, Prancis, dan Jepang ini diganjar penghargaan Edison Music Award, yang merupakan penghargaan musik tertinggi di Belanda.

Musisi idola penyanyi jazz Iga Mawarni dan Katon Bagaskara ini juga menjadikan satu kota lagi di Indonesia sebagai judul lagunya, yaitu Semarang. Daniel lahir di Rumah Sakit Elisabeth, Semarang. Daniel kecil tinggal hanya 2 bulan di kota kelahirannya itu,sebelum pindah ke Belanda. Di Belanda ia melewati masa kanak-kanaknya di lingkungan masyarakat Ambon di bagian Utara Belanda. Ayahnya, Papi Piet, selalu mendengarkan musik jazz melalui radio. Salah satu lagu yang sering didengar adalah  Night and Day dari Cole Porter.
 
Mami Juarsi juga senang bernyanyi. Ia suka menyanyikan lagu keroncong seperti lagu Di Bawah Sinar Bulan Purnama, dan tidak ketinggalan lagu Nina Bobo saat menidurkan Daniel. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Daniel kecil mulai bisa memainkan lagu-lagu dari musisi jazz seperti Djanggo Reinhardt. Ia berusia 15 tahun saat mulai menyusun komposisi lagunya dan menjadi musisi cilik terkenal yang bermain musik di berbagai klub di Jerman dan Belanda. Ia bergabung dan mendirikan  beberapa grup band seperti Wonderland of Paradise dan Nangoya.

Dari band Nangoya itulah ia bertemu dengan istrinya, Alice. Saat berusia 15 tahun Alice bersekolah di MMS, sekolah khusus untuk wanita di Belanda. Komite MMS pada waktu itu bermaksud menampilkan band Nangoya untuk suatu acara di sekolah mereka. Alice adalah salah satu anggota komite MMS. Pihak komite MMS hendak bertemu dan melihat band Nangoya berlatih. Disitulah Daniel pertama kali bertemu dengan Alice, tanpa menyangka akan ada jumpa lagi. Band Nangoya diuji layak oleh komite MMS untuk tampil disekolah mereka.

Joke, adik perempuan Alice mempunyai banyak teman perempuan yang berasal dari Maluku. Suatu hari Joke hendak berkunjung ke rumah temannya yang asal Maluku, ditemani Alice. Alice tidak menyangka bahwa kakak dari teman adiknya itu adalah Daniel. Mereka bertemu kembali. Dua tahun setelah pertemuan itu mereka menikah. Suatu pagi Daniel terbangun dan menyingkap tirai jendela. Dari celah tirai, semburat cahaya matahari pagi masuk dan menimpa  wajah Alice yang sedang terlelap disebelahnya. Ia melihat semua itu ibarat sebuah lukisan. Lirik pun terbersit di benaknya:

“Morning sunshine in our room…” Lirik tersebut merupakan lirik awal dari lagu legendari lain miliknya,dinyanyikan sampai tiga generasi di Indonesia, yang terinspirasi dari kejadian diatas, berjudul You Make My World So Colorful.

Penulis adalah pecinta music dan karyawan swasta di salah satu media nasional


Editor: Doddy Rosadi

  • daniel sahuleka
  • you make my world socolorful
  • musisi belanda

Komentar (1)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!

  • Bambang Rudijanto5 years ago

    Saya bangga dengan Daniel Sahuleka