OPINI ANDA

Waspada Kemarau

Foto: Antara

Kala kemarau tiba, salah satu penyakit menahun yang tak kunjung sirna adalah pembakaran lahan dan gagal panen akibat kekeringan.

Pada musim itu dari Kalimantan dan Sumatera rutin dilaporkan serbuan  asap yang kadang menebar jauh hingga ke Malaysia dan Singapura. Protes pun lantas diteriakkan warga setempat serta warga dan  pemerintah negeri tetangga. Pasalnya serbuan asap selalu diikuti penyakit infeksi saluran pernafasan akut.

Tak ada asap tanpa api. Pun kemarau kali ini. Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan pekan ini titik api terbanyak berasal dari pulau Sumatera. Asalnya di antaranya dari provinsi Riau, Sumatera Selatan dan  Sumatera Utara dengan 21 titik api. Angka ini sudah jauh menurun dari beberapa pekan sebelumnya yang mencapai ratusan titik api.

Kemarau kali ini  diperparah dengan fenomena El Nino berupa cuaca kering yang  ekstrim dan kemarau panjang. Sejumlah daerah sudah mulai merasakan dampak kekeringan dan gagal panen akibat kemarau. Sayangnya, asuransi pertanian yang digadang tak jelas benar apakah sudah bisa digunakan untuk menolong petani. Padahal itu amanat dari Undang-undang tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani yang sudah disahkan sejak 2 tahun lalu.

Dengan asuransi itu, setiap hektar lahan yang gagal panen, maka petani  berhak atas penggantian sejumlah Rp 6 juta rupiah. Premi yang harus dibayarkan terhitung lumayan. Besarnya Rp 180 ribu per hektar. Pemerintah menanggung 80% atau Rp 144 ribu, sedangkan sisanya ditanggung petani sejumlah Rp 36 ribu. Untuk tahun ini total yang dianggarkan untuk asuransi pertanian  mencapai Rp150 miliar.

Sedia payung sebelum hujan, begitu kata orang bijak. Menghadapi kemarau yang bisa diprediksi,  mestinya pemerintah sejak jauh hari punya persiapan yang matang. Agar warga tak diserang penyakit akibat asap. Agar petani tak murung karena gagal panen.

  

  • kemarau
  • Gagal panen
  • asuransi pertanian

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!