OPINI

Menangani Papua

Keluarga korban penembakan menunggu kabar di Wamena, Papua

Kabar duka datang dari Papua . Puluhan orang tewas ditembak kelompok orang bersenjata. Para korban adalah pekerja konstruksi yang tengah membangun jembatan di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga.

Aparat keamanan segera mengarahkan tudingan ke kelompok yang mereka sebut Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB)  pimpinan Egianus Kogoya. Sebutan itu kerap diarahkan ke kelompok yang memperjuangkan kemerdekaan Papua. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan marah menyebut pelaku penembakan sebagai pemberontak, dan akan dihadapi oleh TNI.

Siapapun pelaku penembakan itu patut dikecam, harus diselidiki dan dihukum sesuai hukum positif republik ini. Bukan hukum perang. Sebab diakui atau tidak, di Papua, banyak orang ingin Papua merdeka dengan berbagai cara. Ada yang dengan angkat senjata. Polisi kerap menyebut kelompok ini menggunakan senjata rampasan dan senjata gelap yang diselundupkan dari luar negeri. Negara memang wajib menindak pelaku kekerasan siapapun orangnya, untuk melindungi keselamatan warga sipil. Tentu harus tetap sesuai aturan hukum.

Tapi ada juga yang menyuarakan keinginan mereka dengan damai, seperti Filep Karma dan lain-lain. Dengan jalan damai saja mereka selama ini kerap mengalami perlakuan kasar dari aparat maupun ormas tertentu.

Tragedi penembakan para pekerja konstruksi di Nduga jangan sampai membuat aparat gelap mata dan bertindak keras terhadap warga Papua yang berlaku damai.

Penanganan aparat keamanan terhadap tragedi penembakan Nduga jangan semakin membuat warga di Papua kehilangan jaminan keamanan, keselamatan dan kebebasan berekspresi maupun berpendapat. Apalagi, sebelumnya aparat sudah mendapat kecaman ketika menggeruduk dan menangkapi mahasiswa Papua di berbagai daerah yang berdemonstrasi 1 Desember lalu.

  • KKB
  • Papua
  • penembakan di Papua
  • Filep Karma
  • Ryamizard Ryacudu

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!