OPINI

DPR, Lembaga Tanpa Kewibawaan

Ilustrasi: Gedung DPR RI

Tak ada kerja cemerlang DPR selama dipimpin Setya Novanto dan pimpinan lainnya, kecuali kekonyolan demi kekonyolan tersaji dari Gedung Senayan. Lembaga negara ini nyaris tanpa wibawa. Para anggota dewan banyak yang jadi bahan tertawaan dan sasaran kekecewaan, dari rakyat yang tidak merasa diwakili mereka.

Anggota dewan yang terhormat kini seperti hanya tinggal sebutan kosong saja. Apalagi setelah Ketua DPR Setya Novanto menjadi tersangka dugaan korupsi. Kewibawaan DPR merosot ke titik nol ketika Novanto menolak mundur, dan para wakil rakyat lainnya diam tak bergerak. Slogan "suara rakyat suara Tuhan" mungkin tidak ada artinya bagi sebagian besar anggota dewan, terutama dari Partai Golkar. Loyalitas pada ketua umum mengalahkan segala idealisme. 

Meski kemudian Novanto akhirnya bersedia mundur pekan ini, tak ada artinya ketika ia menunjuk orang dekatnya Azis Syamsuddin sebagai pengganti di kursi DPR. Ketika lembaga negara lain sedang sibuk berbenah dan bekerja, lembaga ini seperti terbelenggu kekuatan Novanto. Hanya mempertontonkan kekonyolan demi kekonyolan dari politik yang frustrasi.

Publik percaya tidak semua anggota DPR mau dipimpin Novanto atau kroninya. DPR butuh sosok yang punya kredibilitas tinggi, bukan politisi berkualitas alakadar yang hanya bakal menjad bulan-bulanan baru. DPR harus dipimpin orang yang tidak bermasalah. 

Batalnya pelantikan Azis Syamsuddin sebagai Ketua DPR yang baru kemarin semoga menjadi gambaran bahwa anggota DPR yang terhormat itu sudah sadar dengan resiko besar yang bakal mempertaruhkan kredibilitas lembaga. 

Apakah DPR akan memperbaiki diri atau mencatatkan rekor sebagai DPR terburuk, bergantung pada nurani para politisi di DPR. 

  • Ketua DPR Setya Novanto
  • Azis Syamsudin
  • golkar
  • DPR

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!