OPINI

PR Besar Sanitasi

Ilustrasi: tepi Sungai Batanghari dijadikan MCK

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, start up baru bermunculan, generasi milenial yang gegap gempita, nyatanya Indonesia masih berhadapan dengan masalah dasar: sanitasi buruk. Sampai hari ini, masih ada yang melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Sejumlah daerah pun masih bergelut menggerakkan warganya supaya tidak BABS, seperti di Pasuruan, Padang Pariaman dan Lampung Selatan untuk menyebut beberapa di antaranya.

Tahun 2019, seluruh penduduk Indonesia semestinya punya akses sanitasi dan air bersih. Yaitu, punya sarana Mandi, Cuci dan Kakus yang memadai. PR sepertinya masih panjang karena sampai 2015 lalu tercatat ada 51 juta orang yang buang air besar sembarangan – mulai dari meminjam jamban komunal sampai buang air besar sembarangan di sungai, kebun atau empang. ‘Prestasi’ itu tak hanya di dalam negeri. Di tingkat dunia, Indonesia ada di peringkat kedua setelah India sebagai negara dengan tingkat BABS terbesar di dunia.

Mengingat dua tahun mendatang kita akan berada di tengah tahun politik, akankah isu ini diangkat dalam kampanye para calon pemimpin kita? Rasanya tema ini bakal kalah jika dibandingkan soal pembukaan lapangan kerja, peningkatan ekonomi dan janji-janji manisnya. Padahal ini bukanlah perkara sepele. Buang Air Besar Sembarangan punya dampak kesehatan dan ekonomi yang besar. Orang bisa kena kena diare, pneumonia, sampai cacingan dan kekurangan gizi. Kementerian Kesehatan mencatat kerugian ekonomi akibat BAB sembarangan mencapai hampir 60 triliun per tahun.

Tuntutan dari Pembangunan Berkelanjutan di tingkat dunia juga tak kalah berat – tahun 2030 mendatang, semua negara harus memiliki 100% Akses Sanitasi. Artinya, kerja besar untuk mengubah perilaku sehat ini harus dimulai segera, sekarang juga.  

  • BABS
  • buang air besar sembarangan
  • sanitasi
  • MCK
  • Pasuruan
  • padang pariaman
  • Lampung Selatan

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!