OPINI

Jurus Setnov

Politisi Golkar jenguk Setya Novanto di RS Medika Permata Hijau

Perhatian publik beberapa hari ini tersedot pada satu nama: Setya Novanto.

Betapa tidak, dalam catatan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pemimpin lembaga legislatif itu sudah 11 kali dipanggil dan 8 kali mangkir pemeriksaan sebagai saksi untuk para tersangka kasus e-KTP. Dia bahkan pernah lolos dari status tersangka saat Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan gugatan praperadilannya kepada KPK. Saat kembali ditetapkan kembali menjadi tersangka, Setya pun punya cara berdalih. KPK, kata dia, harus meminta izin Presiden Joko Widodo sebelum memeriksanya. Syukurlah dibantah Jokowi. 

Tak lama setelah pernyataan Jokowi muncul di media massa, KPK langsung menangkap Setya. Sayang, Rabu malam lalu, KPK pulang dengan tangan hampa.  Warganet yang gemas dengan kemampuan Setnov kembali lolos dari jeratan KPK menumpahkan kekesalan lewat tagar #IndonesiaMencariPapah.

Selang sehari diberitakan ‘hilang’, Kamis malam tadi, Setnov mengalami kecelakaan. Pengacara Setnov, Fredrich Yunadi mengatakan Setya mengalami kecelakaan dalam perjalanan menuju KPK.  Sebelumnya KPK seperti memberi waktu pada Setnov untuk menyerahkan diri hingga Kamis malam atau namanya akan masuk dalam Daftar Pencarian Orang. Rekayasa atau tidak soal kecelakaan itu, yang jelas Setnov sudah bisa dipastikan bakal kembali tak memenuhi panggilan KPK.

Dalam wawancara kepada sebuah media nasional, suara yang diyakini sebagai Setnov itu mengaku merasa dizalimi dengan penetapannya sebagai tersangka oleh KPK.  Dia pun mengaku tengah melakukan upaya hukum untuk menghadapi penetapan tersangka oleh KPK. Tak kurang, Setnov memastikan dirinya tak melakukan menerima uang seperti yang dituduhkan. Dari sini kita lihat, Setya Novanto belum akan menyerah. Beribu cara masih bakal mungkin dilakukannya untuk menghindar dari jeratan hukum. 

  • Ketua DPR Setya Novanto
  • kecelakaan
  • KPK
  • Fredrich Yunadi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!