OPINI

Tamak

"Perilaku tamak pegawai pajak ini tentu membikin geram. Alih-alih profesional membantu negara mengejar target penerimaan, mereka malah menilep uang yang seharusnya masuk ke kas negara."

KBR

La Masikamba tejaring OTT KPK dibawa ke Kantor KPK
Dalam OTT KPK menahan tiga tersangka Kepala KPP Pratama Ambon La Masikamba, Petugas Pemeriksa Pajak Sulimin Ratmin dan pengusaha Anthony Liando. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay).

Direktorat Jenderal Pajak sepertinya hanya piawai menciptakan slogan taat pajak. Tak ada sistem deteksi yang handal menghalangi pegawai tamak kongkalikong  dengan wajib pajak. Mula-mula, lembaga yang mengurusi penerimaan negara paling besar ini diciderai Gayus Tambunan, PNS Golongan III/A berharta miliaran Rupiah yang tak jelas asal-usulnya. Lalu ada Dhana Widyatmika, pegawai pajak golongan III/C yang menerima suap Rp 3.4 miliar untuk mengurangi kewajiban pajak PT Mutiara Virgo. 

Kali ini, sistem deteksi tak berkutik mengendus perilaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Ambon, La Masikamba dan seorang pemeriksa pajak, Sulimin Ratmin. Sebelum ditangkap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK ), keduanya menggadaikan kehormatan dengan main mata untuk mengurangi jumlah pungutan yang seharusnya lebih dari Rp 2 miliar. 

Perilaku tamak pegawai pajak ini tentu membikin geram. Alih-alih profesional membantu negara mengejar target penerimaan, mereka malah menilep uang yang seharusnya masuk ke kas negara. Mereka seolah lupa bahwa hingga tiga bulan jelang akhir tahun ini, Ditjen Pajak baru mengumpulkan Rp 900 triliun lebih atau sekitar 63 persen dari target penerimaan sebesar lebih dari 1.400 triliun. Dengan jumlah itu, rasanya sulit target pajak tahun ini bisa tercapai. 

Itu sebab, Dirjen Pajak mesti bisa membuktikan aparaturnya bersih,  berintegritas, bebas dari petugas tamak.  Pembuktian, bukan hanya untuk mengamankan target pendapatan negara, tetapi juga  mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadap  slogan taat pajak. 

  • OTT KPK
  • korupsi pajak
  • KPK
  • KPP Ambon

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!