Negara autokrasi macam Arab Saudi punya banyak alasan untuk memukul jurnalisme, utamanya karena negara tersebut antikritik. Negara tersebut tak sungkan menginjak kebebasan pers dan berpendapat. Data organisasi Reporter Tanpa Batas menyebut, ada puluhan jurnalis kini meringkuk dalam tahanan di sana. Daftar ini bertambah ngeri ketika jurnalis Jamal Khashoggi tewas dibunuh. Makin ngeri karena mereka yang terlibat ada di pusaran Kerajaan Saudi.
Dugaan keterlibatan Putra Mahkota jadi alasan kuat komunitas internasional untuk ikut memastikan transparansi pengusutan kasus tewasnya Khashoggi itu. Mata dunia perlu ikut mengawasi supaya tak ada mobilisasi rasa takut. Apalagi sampai sekarang Arab Saudi terkesan menutupi apa yang sebetulnya terjadi di konsulat negara itu di Istanbul, Turki.
Presiden Joko Widodo meminta investigasi tewasnya Khashoggi dilakukan secara transparan. Sesungguhnya, ini ibarat udang tak tahu bungkuknya. Kita tahu, di dalam negeri kasus tewasnya aktivis HAM Munir masih mampat. Ini pun bukan satu-satunya PR pengusutan kasus HAM yang menunggu diselesaikan. Jika satu jari bisa mengarah kepada Arab Saudi atas kasus tewasnya Khashoggi, maka empat jari lainnya mengarah pada Pemerintah sendiri untuk menyelesaikan PR kasus HAM yang tersisa.