OPINI

Selamat Jalan, Mbah Moen

Mbah Moen dan Jokowi

Ribuan santri dan masyarakat di berbagai daerah, Selasa kemarin menggelar salat gaib untuk almarhum Kiai Haji Maimun Zubair . Kiai asal Rembang Jawa Tengah itu wafat di usia 90 tahun saat beribadah haji di Arab Saudi.

Kepergian sosok yang akrab dipanggil Mbah Moen itu menimbulkan duka mendalam di tanah air. Ucapan belasungkawa datang dari berbagai kalangan, dari presiden hingga pelajar.

Selama ini Mbah Moen diakui banyak orang sebagai salah satu ulama paling sepuh dan paling kharismatik di Indonesia. Sikapnya santun dan rendah hati. Kedalaman ilmu agamanya tidak ada yang meragukan. Begitu juga semangatnya mengajar santri tetap tinggi hingga akhir hayat. 

Rumahnya tak pernah sepi dari kunjungan warga berbagai latar belakang. Dari sekadar minta doa hingga konsultasi.

Kiai Haji Mainum Zubair tak hanya memiliki pengaruh besar di bidang keagamaan, tapi juga politik. Tak hanya masyarakat yang mengetuk pintu rumahnya, tapi juga politisi. Terutama yang ingin minta restu untuk pencalonan sebagai pejabat negara. Dua calon presiden pada pemilu lalu juga minta restu darinya.

Nasihat damai dan sejuk selalu meluncur dari bibirnya. Tak pernah menyulut perpecahan dan kebencian. Ketika Pilkada DKI 2017 diwarnai isu politisasi agama dan perpecahan umat, misalnya. Mbah Moen konsisten mengecam penggunaan isu SARA dalam politik. Tokoh Nahdlatul Ulama ini kerap mengimbau umat Islam menjadi pelopor perdamaian dan kerukunan. 

Sosok Mbah Moen kontras dengan fenomena munculnya ustad-ustad dadakan. Ustad-ustad yang kerap berceramah panas, menyulut kebencian terhadap kelompok lain yang berbeda, meski kualitas keilmuan agamanya diragukan. 

Di tengah ancaman gerakan Islam garis keras, bangsa ini membutuhkan kehadiran para alim penerus perjuangan Mbah Moen. Para tokoh agama yang menghadirkan agama secara damai dan ramah, bukan dengan kebencian dan amarah. 

  • NU
  • Mbah Moen
  • toleransi

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!