OPINI

Harkat Bangsa Papua

Aksi damai warga Papua

Hinaan itu berbuah amuk. Sejak akhir pekan seruan aksi itu bertebaran di berbagai media sosial. Intinya mempersoalkan persekusi, intimidasi disertai hinaan rasis oleh segerombolan orang pada mahasiswa Papua yang tengah menuntut ilmu di rantau. Kemarahan disertai api menyebar di bumi cendrawasih.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa secara khusus meminta maaf pada masyarakat Papua. Dia menegaskan ungkapan merendahkan itu bukan mewakili pandangan warganya. Dia juga memberikan garansi keamanan bagi warga bumi cendrawasih yang menetap di wilayahnya.

Pesan senada juga disampaikan melalui akun media sosial Presiden Joko Widodo yang sudah terverifikasi. Dia meminta saudara-saudaraku, Pace, Mace, mamak-mamak di Papua, di Papua Barat untuk saling memaafkan. Presiden menyadari ketersinggungan itu. Kata Jokowi, emosi itu boleh, tetapi memaafkan akan lebih baik lagi. Dia berjanji, pemerintahan yang dipimpinnya akan terus  menjaga kehormatan dan kesejahteraan warga di Papua dan di Papua Barat.

Pernyataan kedua pemimpin itu mesti disambut dengan baik. Amuk hanya akan membawa penderitaan. Amarah disertai kekerasan hanya akan membuat orang yang tak ada kaitan dengan masalah menjadi korban.

Situasi saling memaafkan mestinya tak berhenti di situ. Tindakan tegas mesti dilakukan pada pelaku persekusi yang menyebabkan sejumlah tempat di Papua membara. Setelah itu, dilanjutkan dengan dialog untuk merealisasikan janji Presiden menjaga kehormatan dan kesejahteraan. Bukan sekadar dengan infrastruktur, tapi juga pengharkatan sebagai sebuah bangsa. 

  • papua
  • rasisme

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!