OPINI

Langit Biru Jakarta

Berdasarkan alat pemantau Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) kota-kota besar di dunia, Jakarta m

Jelang Asian Games beberapa saat lagi, langit di Jakarta belum juga biru. Artinya, kualitas udara masih buruk. Ini sempat jadi sorotan ketika Jakarta pekan lalu ada di peringkat tertinggi dibandingkan negara-negara lain, lewat pantauan aplikasi AirVisual. Aplikasi ini menyebut tingkat polusi di Jakarta adalah “unhealthy” alias tidak sehat. Akibatnya, masalah pernafasan - tak hanya bagi warga, tapi juga para atlet negeri seberang yang bertanding di Asian Games.

Polusi udara jelas bukan persoalan baru. Salah satu solusinya pun sudah ada di dalam Undang-undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup tahun 2009. Di situ ditulis soal penggunaan bahan bakar bersih. Tapi kebijakan bahan bakar bersih tak berjalan maksimal. Padahal data menyebut, kendaraan bermotor menyumbang sampai 70 persen emisi di Jakarta.

Karena ada tamu-tamu negara lain yang mesti disambut di Asian Games, Jakarta bisa meniru apa yang dilakukan Beijing selaku tuan rumah Olimpiade 2008. Seperti kita tahu Beijing juga berkutat dengan masalah polusi udara. Lantas yang mereka lakukan adalah melarang kendaraan bermotor masuk ke Beijing, juga menghentikan seluruh proyek infrastruktur. Pemerintah Jakarta punya kebijakan ganjil genap yang segera memberlakukan sanksi tilang. Di Tengah pro kontra kebijakan ini, evaluasi mesti terus dilakukan supaya perbaikan bisa segera terjadi. 

Selepas perhelatan Asian Games ini, kita tentu ingin langit Jakarta biru dan tetap biru. Jangan sampai kebijakan hanya bersifat sementara, demi menjaga nama baik kita di mata dunia. Kita tentu tak ingin warga Jakarta berkegiatan di luar ruangan dengan memakai masker N95 terus menerus demi tak menghirup partikel asap berbahaya kan. 

  • kualitas udara Jakarta
  • polusi Jakarta
  • atlet Asian Games

Komentar (0)

KBR percaya pembaca situs ini adalah orang-orang yang cerdas dan terpelajar. Karena itu mari kita gunakan kata-kata yang santun di dalam kolom komentar ini. Kalimat yang sopan, menjauhi prasangka SARA (suku, agama, ras dan antargolongan), pasti akan lebih didengar. Yuk, kita praktikkan!